Likuiditas perbankan pada Juli 2023 terjaga, dipengaruhi oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 6,62 persen (yoy).
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) menyatakan ketahanan sistem keuangan, khususnya perbankan, tetap terjaga, didukung permodalan perbankan yang kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 26,74 persen pada Juni 2023.

"Likuiditas perbankan pada Juli 2023 terjaga, dipengaruhi oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 6,62 persen (yoy)," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Selain itu, risiko kredit juga terkendali, tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang rendah, yaitu 2,44 persen (bruto) dan 0,77 persen (neto) pada Juni 2023.

Baca juga: BI: Perekonomian Indonesia tumbuh kuat didukung permintaan domestik

Perry ​​​​​​ menuturkan hasil stress test Bank Indonesia juga menunjukkan ketahanan perbankan yang tetap kuat.

Bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan dan momentum pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap terjaga. Pada triwulan II 2023, defisit transaksi berjalan tercatat rendah, meskipun saat bersamaan harga komoditas menurun dan ekonomi global melambat serta permintaan domestik meningkat.

NPI pada 2023 diperkirakan tetap baik dengan transaksi berjalan terjaga dalam kisaran surplus 0,4 persen sampai dengan defisit 0,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan juga terjaga, ditopang oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan investasi portofolio, sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah tetap terjaga sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh BI. Ke depan, stabilitas nilai tukar rupiah diperkirakan tetap terjaga sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.

BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas, efektivitas implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam, serta penerbitan instrumen operasi moneter yang pro-market untuk mendukung pendalaman pasar uang dan mendorong masuknya aliran portofolio asing.

Baca juga: BI: Nilai transaksi uang elektronik meningkat 10,5 persen

Perry mengatakan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global menyebabkan nilai tukar rupiah pada Agustus 2023 (sampai dengan 23 Agustus 2023) secara point-to-point melemah sebesar 1,41 persen dibandingkan dengan akhir Juli 2023.

Namun, secara year-to-date, nilai tukar rupiah menguat 1,78 persen dari level akhir Desember 2022, lebih baik dibandingkan dengan nilai tukar mata uang berkembang lainnya seperti Rupee India yang mengalami apresiasi sebesar 0,07 persen.

Nilai tukar rupiah tersebut juga lebih baik dari Baht Thailand dan Peso Filipina yang masing-masing mengalami depresiasi sebesar 1,31 persen dan 1,77 persen.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023