Kiev (ANTARA) - Menteri luar negeri Ukraina dan Turki pada Jumat (25/8) mendesak pentingnya memperbarui perjanjian Laut Hitam, yang terhenti setelah Rusia keluar bulan lalu, karena solusi lainnya untuk mengimpor biji-bijian Ukraina tidak optimal.

Kesepakatan yang ditengahi oleh Turki dan PBB tahun lalu telah memungkinkan ekspor biji-bijian Ukraina ke Laut Hitam dengan aman.

Ankara telah berusaha membujuk Moskow untuk kembali ke perjanjian tersebut.

Awal bulan ini, Ukraina mengumumkan dibuatnya "koridor kemanusiaan" di Laut Hitam untuk melepaskan kapal kargo yang terjebak di pelabuhannya sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Kapal pertama yang menggunakan koridor tersebut tiba di Istanbul pekan lalu.

Dalam konferensi pers selama kunjungannya ke Kiev, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan bahwa pembaruan perjanjian gandum adalah sebuah prioritas Ankara dan bahwa Rusia harus ikut serta dalam perjanjian yang dapat berjalan ke depannya.

"Menghidupkan kembali inisiatif ini adalah prioritas bagi Turki... Saya harap kita akan mendapatkan hasil yang sukses," katanya, seraya menambahkan bahwa beragam solusi alternatif tidak akan efektif untuk menggantikan kesepakatan tersebut.

"Saya telah berpikir sejak awal bahwa Rusia harus dimasukkan kembali ke dalam persoalan ini," tambah Fidan.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan Kiev sedang mencari rute alternatif tetapi kesepakatan gandum Laut Hitam adalah solusi yang optimal.

“Kami sedang mengerjakan rute-rute alternatif, tetapi secara obyektif memfungsikan rute Laut Hitam adalah solusi optimal dari semua sudut pandang,” katanya.

“Kami akan dapat memperluas pengangkutan biji-bijian melalui koridor darat secara signifikan, namun blokade Laut Hitam harus diakhiri,” lanjut Kuleba.

Sumber: Reuters

Baca juga: PBB khawatirkan serangan Rusia ke fasilitas pangan Ukraina
Baca juga: Latvia bantu Ukraina eksporkan pangan via Baltik


Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023