Tidak cukup dengan pengobatan tapi memutus rantai penyebaran
Solo (ANTARA) -
Sejumlah orang jalanan di Solo, Jawa Tengah positif terpapar infeksi menular seksual (IMS) usai pemeriksaan awal atau skrining yang dilakukan Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) bersama UNS melalui program pengabdian masyarakat.
 
Ketua Tim Riset Grup Dermatologi dan Venereologi Profil Infeksi Menular Seksual pada Anak Jalanan di Surakarta dr Prasetyadi Mawardi Sp.KK(K) di Solo, Jawa Tengah, Selasa mengatakan beberapa waktu lalu tepatnya pada tanggal 25-26 Juli sudah melakukan penyuluhan, edukasi, dan skrining pemeriksaan infeksi menular seksual dan HIV/Aids.
 
"Kami telah memeriksa sekitar 30 anak jalanan dan orang-orang penyandang disabilitas sosial. Rentang usia mulai 15-51 tahun," kata Kepala Subbagian Infeksi Menular Seksual RSUD Dr Moewardi Surakarta tersebut.
 
Ia mengatakan dari pemeriksaan yang diawali dengan persetujuan masing-masing orang, diperoleh hasil ada lima orang yang terinfeksi penyakit menular seksual.

Baca juga: Kenali sifilis, penyakit yang ditularkan melalui kontak seksual

Baca juga: Kemenkes temukan 20.783 kasus sifilis di sepanjang tahun 2022

 
"Ada lima orang, salah satunya terpapar HIV reaktif dan empat orang terpapar penyakit sifilis," katanya.
 
Terkait hasil itu, ia meminta kepada lima orang tersebut untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke fasilitas layanan kesehatan terdekat. Pihaknya juga merekomendasikan pemeriksaan ulang untuk satu orang dengan hasil reaktif HIV/Aids.
 
"Kami rekomendasikan pemeriksaan ulang, tapi sebetulnya tingkat sensitivitas rapid test yang kami gunakan hasilnya di atas 80 persen," katanya.
 
Sementara itu, melihat hasil tersebut ke depan perlu dilakukan edukasi dan pendampingan yang memadai agar anak-anak tersebut memperoleh pengobatan yang memadai.
 
"Orang-orang tersebut juga diharapkan melakukan hubungan seksual secara sehat. Perlu pengobatan yang memadai agar tidak ada komplikasi ke depannya. Diharapkan tidak cukup dengan pengobatan tapi juga memutus rantai (penyebaran penyakit, Red.)," katanya.
 
Ia juga berharap ke depan pemeriksaan serupa dapat dilakukan dengan lebih banyak sasaran dan melibatkan pendanaan dari banyak pihak.
 
"Terus terang ini butuh tindak lanjut, ke depan mungkin akan melibatkan berbagai pihak. Pemeriksaan laboratorium untuk sifilis, HIV itu tidak murah. Sayangnya kami belum melibatkan banyak pihak, harapannya (dengan melibatkan banyak pihak, Red.) akan mengcover lebih banyak sasaran lagi," katanya.

Baca juga: Kemenkes: Penderita sifilis melonjak 70 persen dalam 5 tahun terakhir

Baca juga: Kenali sifilis, penyakit yang menular melalui hubungan seksual

 

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023