Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia berada pada bulan terburuknya sejak Februari, dengan sentimen dirugikan oleh masih suramnya data pabrik China pada Kamis, ketika investor menunggu serangkaian data AS yang dapat menambah spekulasi bahwa suku bunga telah mencapai puncaknya.

Pasar saham Eropa kemungkinan akan dibuka lesu, dengan EUROSTOXX 50 berjangka naik tipis 0,1 persen. Indeks berjangka S&P 500 maupun indeks berjangka Nasdaq sedikit berubah.

Di Asia, indeks MSCI yang terdiri dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,3 persen dan menuju kerugian bulanan sebesar 6,3 persen, terbesar sejak Februari. Namun demikian, indeks Nikkei Jepang berakhir 0,88 persen lebih tinggi.

Data pada Kamis menunjukkan aktivitas manufaktur China mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut pada Agustus, namun laju penurunannya melambat, sementara ekspansi di sektor jasa-jasa kehilangan sedikit momentum.

“Data resmi PMI (Indeks Manajer Pembelian) terbaru tidak semuanya buruk,” kata Robert Carnell, kepala penelitian Asia-Pasifik di ING.

“Kedua seri (manufaktur dan jasa-jasa) tampaknya menyatu pada titik mendekati 50 konsisten dengan perekonomian yang tidak berkembang atau berkontraksi. Segalanya bisa menjadi lebih buruk. Namun pasar sepertinya tidak akan terlalu terhibur dengan kumpulan data ini."

Indeks saham-saham unggulan China CSI 300 ditutup melemah 0,61 persen, Indeks Komposit Shanghai merosot 0,55 persen, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong menyerahkan kenaikan awal menjadi berakhir turun 0,64 persen, terbebani jatuhnya saham pengembang properti.

Pengembang properti swasta terbesar di China, Country Garden, memperingatkan risiko gagal bayar jika kinerja keuangannya terus memburuk. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa dukungan sedikit demi sedikit dari otoritas China tidak cukup untuk melakukan perubahan haluan di sektor yang penting ini.

Meskipun China suram, sentimen investor meningkat pada Agustus, dengan indeks kepercayaan global (ICI) dari State Street Global Markets melonjak 11,4 poin menjadi 107,7, dipimpin oleh Amerika Utara yang mencatat angka terkuat dalam setahun mengenai berkurangnya kekhawatiran resesi.

Semalam, Wall Street menguat setelah serangkaian indikator ekonomi AS secara umum mengejutkan turun, menambah spekulasi bahwa Federal Reserve telah melakukan pengetatan dan penurunan suku bunga tahun depan bisa mencapai lebih dari 100 basis poin.

Data penggajian swasta mencatat penurunan bulanan sebesar 52,3 persen, menambah tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja, sementara PDB kuartal kedua direvisi lebih rendah.

Perhatian sekarang beralih ke angka inflasi yang diukur dengan pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS pada Kamis – ukuran inflasi pilihan Federal Reserve – dan data penggajian non-pertanian pada Jumat (1/9/2023).

Aksi di pasar obligasi pemerintah teredam setelah aksi jual brutal awal bulan ini. Imbal hasil sepuluh tahun bertahan di 4,1140 persen, stabil dalam beberapa sesi terakhir. Meskipun demikian, angka tersebut 16 basis poin lebih tinggi pada Agustus.

Imbal hasil obligasi dua tahun berada di 4,8899 persen pada Kamis, setelah sempat turun ke level terendah tiga minggu di 4,8360 persen semalam.

Namun, tidak ada dukungan di Eropa terhadap inflasi. Inflasi tahunan di Jerman dan Spanyol hampir tidak melambat pada Agustus, di luar ekspektasi, meningkatkan pertaruhan terhadap angka inflasi zona euro pada hari ini.

Taruhan bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan menaikkan suku bunga pada September membuat euro melonjak terhadap yen, mencapai level tertinggi dalam 15 tahun di 159,76 yen semalam. Terakhir berada di 159,4 yen pada Kamis.


Baca juga: Saham Asia dibuka menguat, tapi catat bulan terburuk sejak Februari
Baca juga: Pengamat: Rupiah menguat diiring indeks saham Asia bergerak naik

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023