Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif ICT Watch Indriyatno Banyumurti mengatakan pelaku love scamming biasanya menggunakan foto yang menarik dengan profesi mentereng di media sosial atau aplikasi kencan.

"(Pelaku) mengambil foto orang-orang yang good looking, mencantumkan profesi mentereng di media sosial atau aplikasi kencan," kata Indriyatno Banyumurti dalam media talk bertajuk "Cegah Perempuan Terjerat Love Scamming", di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, banyak korban love scamming yang mengenal pelaku dari media sosial Facebook dan aplikasi kencan seperti Tinder dan Bumble.

Aksi pelaku love scamming, kata dia, biasanya diawali dengan mengirim pesan di inbox atau email sambil menyapa ramah terhadap korbannya.

Baca juga: Pemerintah ingatkan masyarakat waspada "love scamming" di dunia maya

"Bahkan (pelaku) membawa-bawa nama Tuhan. Sepertinya saya (pelaku) diarahkan oleh Tuhan untuk melihat profil kamu," kata Indriyatno.

Kemudian pelaku mencuri hati korban dengan rayuannya dan berujung pada meminta sejumlah uang milik korban.

Ia mengatakan pelaku love scamming bisa sangat sabar dalam menjalankan aksinya, dari mulai kenalan hingga meminta uang korban.

"Dari mulai kenalan hingga pinjam uang bisa (membutuhkan waktu) dua hingga tiga bulan. Mereka sangat sabar dalam menumbuhkan kepercayaan korban," kata Indriyatno.

Baca juga: Polisi kembali tangkap 42 WN China jaringan "love scamming" di Batam

Menurut dia, modus love scamming umumnya ada dua, yakni pertama, mencuri uang korban.

"Ada ajakan investasi bersama. Ada (pelaku) yang mengaku sudah kirim barang mewah, tetapi tertahan di Bea Cukai. Bea Cukai minta dibayar pajak yang harus dibayar korban. Ada yang beralasan ada kebutuhan darurat untuk keluarga dan dia (pelaku) tidak punya akses ke bank," katanya.

Modus lainnya dengan memaksa korban mengirimkan foto tidak senonoh kepada pelaku, dan kemudian foto tersebut dijadikan alat untuk memeras korban.

Love scam adalah penipuan berkedok asmara.

Baca juga: Polda Kepri imbau sisa komplotan "love scamming" menyerahkan diri

Pelaku memakai trik kepercayaan yang melibatkan perasaan dengan pura-pura bersikap romantis, mencintai korban, dan berupaya mendapatkan kasih sayang korban. Setelah korban terpedaya, kemudian pelaku melakukan penipuan.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023