JAKARTA (ANTARA) - Semua kegiatan yang dilakukan untuk tujuan kebaikan tentu akan membuahkan hal baik pula, begitu pun olahraga yang dikampanyekan untuk tujuan kesehatan. Gelaran olahraga yang berkembang ke ranah wisata memanen banyak keuntungan, selain manfaat kesehatan itu sendiri. Sedangkan aktivitas olahraga yang menyimpang, mengarah pada pamer gaya atau adu gengsi, dan lainnya.

Bermula dari penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) I di Stadion Sriwedari Solo, Jawa Tengah pada 9-12 September 1948, peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) ditetapkan. Penetapan secara resmi tanggal 9 September sebagai Haornas menyusul terbitnya Keputusan Presiden (Keppres) No. 67 Tahun 1985.

Beberapa dekade terlewati, bidang olahraga telah berkembang sedemikian rupa. Ada bulu tangkis yang rajin memetik prestasi di kancah internasional, ada pula pertandingan sepak bola dengan berbagai dinamikanya.

Sejumlah jenis olahraga kini berkembang pesat menjadi sport tourism yang menggeliatkan perekonomian wilayah tuan rumah. Sementara beberapa yang lain berubah sebagai tren gaya hidup, tapi berimplikasi pada modus adu gengsi.

Pada bagian lain, jenis olahraga tertentu dimainkan oleh kalangan tertentu sebagai sarana membangun keakraban dengan mitra bisnis, pertemuan dan "deal-deal" politik hingga penerimaan gratifikasi bisa terjadi dalam kegiatan olahraga terbatas itu. Tak berhenti di situ, pertandingan olahraga juga marak sebagai ajang perjudian bagi orang-orang yang senang buang-buang uang.

Di kalangan masyarakat, kesadaran untuk berolahraga demi kebugaran dan menjaga imunitas tubuh kian meluas saat pandemi COVID-19 lalu. Begitu bencana kesehatan itu terjadi pada Maret 2020, seolah secara serentak warga masyarakat mendadak rajin berolahraga. Berbagai jenis dan metode olahraga dimainkan, termasuk dengan panduan instruktur secara virtual. Bisnis peralatan olahraga pun turut menangguk untung karenanya.

Kini meski pandemi telah terlewati, kegemaran berolahraga alangkah baiknya tetap dijaga.


Yang berkembang

Perpaduan antara olahraga dan unsur wisata menjadi tren positif yang sukses menggairahkan keduanya sekaligus. Wisata olahraga terbagi atas dua kategori, yaitu sport participation travel (berpartisipasi dalam ajang olahraga) dan sport spectatoral travel (menyaksikan ajang olahraga).

Heather Gibson; Simon P. Attle; dan Andrew Yiannakis dari Universitas Florida AS mendefinisikan wisata olahraga sebagai jenis perjalanan wisata untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, baik dalam rangka berpartisipasi pada sebuah kompetisi maupun tur ke situs-situs olahraga, seperti stadion.

Konsep wisata olahraga mempunyai pangsa pasar tersendiri. The British Tourist Authority dan English Tourism Board pernah mengungkapkan 20 persen jumlah total wisatawan Inggris adalah wisatawan olahraga. Hal yang sama juga terjadi di Kanada, sebanyak 37 persen perjalanan domestik merupakan wisatawan olahraga.

Sementara bagi Indonesia, wisata olahraga sebenarnya bukan merupakan hal baru. Pada tahun 1962, untuk pertama kalinya Indonesia mengadakan pesta olahraga pertama melalui ajang Asian Games. Untuk memenuhi kebutuhan Asian Games, kala itu Presiden Soekarno membangun sebuah gelanggang olahraga terbesar di Tanah Air yang kemudian dikenal dengan nama Stadion Gelora Bung Karno.

Sukses penyelenggaraan Asian Games terulang pada tahun 2018 di Jakarta dan Palembang. Banyak wisatawan dibuat terpukau oleh multikulturalisme Indonesia dengan segala kebudayaannya yang memesona.

Sekarang semakin banyak ajang kompetisi yang mengundang atlet dunia dan menghadirkan banyak penonton, mulai dari Jakarta Marathon, Indonesia Open, Tour de Ijen di Banyuwangi, hingga ajang balapan mobil, motor, dan sepeda di Sirkuit Internasional Mandalika di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Dalam sambutannya pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia akhir Desember tahun kemarin, Presiden Joko Widodo menyebut Mandalika akan menjadi kekuatan ekonomi baru Indonesia. Pernyataan Presiden itu, sejalan dengan semangat Nusa Tenggara Barat, yang melihat kehadiran Mandalika sebagai bagian mewujudkan daerah tersebut sebagai destinasi wisata olahraga kelas dunia. Bukan angan-angan yang berlebihan, karena sirkuit kebanggaan Indonesia itu tak hanya megah, namun juga bertabur pemandangan alam nan elok, seperti pantai Kuta Mandalika.

Sedangkan di Sumatera Barat punya Tour de Singkarak, olahraga wisata balap sepeda kelas dunia yang juga termasyhur. Begitu pula di Danau Toba Sumatera Utara, Bunaken di Sulawesi Utara, hingga Maluku sampai Papua, wisata olahraga telah bertumbuh sedemikian pesatnya.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyadari bahwa pengembangan wisata olahraga di Indonesia memiliki potensi yang besar mengingat keunggulan kondisi topografi alam yang mendukung penyelenggaraan olahraga petualangan. Indonesia memiliki sungai dengan riak yang menantang, puncak gunung yang tertutup salju abadi, pantai dengan variasi ombak, serta topografi yang dapat dikemas menjadi objek wisata minat khusus dan arena penyelenggaraan olahraga petualangan, seperti biking, trekking, hiking, hingga hash.

Yang terakhir itu mungkin agak terdengar asing. Hash ialah olahraga seraya singgah ke objek-objek wisata. Perjalanan ditempuh sekitar tiga hingga empat jam dengan cara berjalan, berlari, bahkan merangkak dan berguling karena rute yang dilalui cukup berat, seperti hutan, sungai, bukit, area persawahan, membelah perkampungan dan berbagai medan lainnya.

Rute perjalanan mengikuti petunjuk kertas atau tepung yang disebar dengan jarak tertentu. Lokasinya mengambil daerah yang memiliki daya tarik wisata.

Indonesia telah berpengalaman menjadi tuan rumah gelaran olahraga "Borobudur Interhash 2012", sebuah ajang hash internasional 2 tahunan yang dihadiri oleh para hasher dari seluruh dunia.

Borobudur Interhash 2012 diselenggarakan di Magelang dan Yogyakarta, mengusung Candi Borobudur sebagai ikon kegiatan, serta memadukan olahraga hash dengan bermacam pilihan rute, seperti sungai, gunung, perdesaan dan persawahan, dengan jumlah peserta mencapai sekitar 5.000 orang.

Selain hash, kemudian ada roundnet, jenis permainan olahraga yang berkembang selama pandemi COVID-19, karena permainannya sederhana, tidak memerlukan lapangan luas, dan dapat dimainkan bersama keluarga. Permainan ini menggunakan bola karet kecil dan trampolin bulat dengan net berdiameter 90 cm dan tinggi 21 cm dari permukaan tanah. Dimainkan oleh dua orang per tim. Roundnet menggabungkan unsur-unsur dari beberapa jenis olahraga, seperti voli, tenis meja, badminton, dan tenis. Sedangkan aturan mainnya serupa dengan voli pantai.

Pemain dari klub Robin Strike Pop berlatih olahraga Roundnet (spikeball) di Bandung, Jawa Barat, Jumat (28/1/2022). Olahraga yang dimainkan oleh dua tim dengan dua pemain tersebut memiliki aturan yang mirip seperti voli dan tenis meja yang hingga saat ini mulai berkembang di sejumlah daerah di Indonesia seperti Jawa Barat, Jakarta, Bali dan Jawa Tengah sejak tahun 2020 lalu. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/wsj.
Yang menyimpang

Ada yang berkembang, adapula yang menyimpang dalam perjalanannya. Sementara olahraganya sendiri pasti tak pernah salah, melainkan pihak eksternal yang menunggangi gelaran atau aktivitas olahraga untuk modus-modus tertentu. Berikut adalah sejumlah contoh dari hal-hal menyimpang dalam dunia olahraga.

- Adu gengsi. Yang ini lazim terjadi di kalangan masyarakat berbagai kelas, dari ibu-ibu kompleks hingga para pesohor. Mereka datang ke tempat olahraga, sekaligus sebagai sarana sosialisasi untuk memamerkan pakaian, sepatu, tas, dan beragam perlengkapan olahraga bermerek yang berharga lumayan itu. Lantas teman lain akan terprovokasi dan keesokan harinya datang dengan baju dan barang-barang baru yang lebih wah lagi. Begitu seterusnya perlombaan yang terjadi di lingkungan para aktivis olahraga.

- Ajang judi. Beberapa cabang olahraga kerap menjadi ajang taruhan oleh para penggemarnya. Pemainnya dari perorangan, komunitas hingga mafia. Sepak bola yang merupakan olahraga sejuta penggemar menjadi incaran para mafia di setiap pertandingan akbar. Tak jarang mereka melakukan intervensi terhadap jalannya permainan hingga “mengatur” skor.

Jika kita perhatikan, timnas sepak bola di bawah U-19 yang mana mereka masih polos dan bebas dari berbagai kepentingan, umumnya mampu mencetak prestasi gemilang. Sementara tim dewasa yang telah banyak terpengaruh dengan politik olahraga dan intervensi pihak eksternal, prestasinya makin menurun.

Jenis olahraga lain yang rawan ajang judi adalah tinju dan biliar, meski tak menutup kemungkinan cabor-cabor lain juga terjangkiti.

- Penggemar onar. Sebagai olahraga favorit hampir semua kalangan, sepak bola melahirkan banyak pendukung fanatik. Setiap pertandingan selalu mempertemukan para pendukung fanatik dari dua belah kubu, yang masing-masing memberi dukungan kepada tim kesayangannya dengan penuh emosi. Benturan antaremosi sering pecah di arena pertandingan hingga insiden kericuhan tak terhindarkan. Sungguh amat disayangkan bila olahraga kesayangan kita bersama kerap tak tuntas bermain, atau laga dibatalkan, hingga kena sanksi FIFA akibat ulah suporter yang gemar membuat keonaran.

- Modus pidana. Adakalanya aktivitas olahraga seperti golf, menjadi sarana membangun keakraban dengan klien, mitra bisnis, atau pendekatan dengan pejabat untuk mempermulus urusan. Dengan melakukan olahraga bersama, suasana menjadi cair dan jurus bujuk rayu mulai dimainkan. Hal ihwal gratifikasi kadang bermula dari lapangan olahraga.

Panggung kehormatan

Mens sana in corpore sano, ungkapan klasik bahasa Latin yang bermakna “Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Itu jargon yang biasa terdengar dalam dunia olahraga. Sebuah penelitian menemukan bahwa olahraga membuat sel-sel otak baru dalam proses neurogenesis yang memperkuat performa otak. Olahraga juga mencegah penurunan kognitif dan kehilangan memori dengan cara memperkuat daerah hipokampus, sebuah struktur kompleks di otak yang bertanggung jawab menangani ingatan dan pembelajaran.

Artinya, berolahraga tidak hanya meningkatkan kesehatan jasmani, melainkan juga kesehatan mental. Olahraga mengeluarkan hormon endorfin, memperbaiki suasana hati melalui rasa pencapaian, meningkatkan fungsi kognitif otak, dan bahkan memperbaiki kualitas tidur.

Untuk memperoleh manfaat baiknya, konsistensi dan komitmen dalam berolahraga merupakan salah satu kunci. Jumlah waktu yang direkomendasikan untuk berolahraga berkisar 21 menit setiap hari atau 2,5 jam per minggu.

Sehat adalah hak semua orang. Tanpa embel-embel gaya dan gengsi, banyak jenis olahraga yang sangat terjangkau, bahkan bisa tanpa biaya, semisal lari atau jalan pagi. Bahkan ibu rumah tangga pun dapat melakukannya sehari-hari. Selebihnya, hampir semua kegiatan harian dalam rumah tangga juga mengandung unsur gerak badan yang menyehatkan.

Lari pagi, olahraga murah meriah tanpa biaya yang dapat dilakukan siapa saja. ANTARA/Sizuka
Sementara pada kancah perlombaan, permainan, pertandingan atau kejuaraan olahraga dibutuhkan suasana lapangan dan kebatinan yang kondusif agar para atlet mampu menampilkan permainan terbaiknya.

Para penonton menyaksikan pertandingan olahraga dengan riang gembira, tanpa ada ketegangan apalagi keributan. Semua menjunjung tinggi sportivitas, yang menang tidak jemawa, yang kalah berlapang dada, sikap yang sama diikuti oleh para pendukungnya.

Untuk mereka yang berprestasi, pemerintah memberi panggung kehormatan dengan berbagai apresiasi. Selain hadiah berlimpah, pun dipersilakan mengambil jalan pintas menjadi ASN untuk menjamin kehidupan sang atlet tetap sejahtera hingga masa tuanya.

Dengan telah terjaminnya kehidupan para atlet, mereka bisa fokus untuk berjuang mengharumkan nama bangsa dan negara. Para mafia, berhentilah menggoda mereka!

​​​​​​​

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023