bank akan lebih berhati-hati melepas kredit
Jakarta (ANTARA News) - Asisten Gubernur Bank Indonesia (BI) Mulya Siregar mengatakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi akan meningkatkan risiko kredit perbankan, sehingga mempengaruhi pertumbuhan pinjaman dana terhadap debitur.

"Itu membuat risiko kredit meningkat, bank akan lebih berhati-hati melepas kredit," kata Mulya Siregar dijumpai di Gedung BI, Jakarta, Selasa.

Mulya menjelaskan secara umum kenaikan harga BBM bersubsidi akan menambah beban biaya para debitur (peminjam kredit) bank. Dengan bertambahnya beban biaya tersebut, menurut Mulya, kemampuan debitur dalam melunasi utang kepada bank akan semakin mengecil.

"Seumpamanya debitur itu pengusaha tempe lah katakan, dengan kenaikan BBM ongkos-ongkos dia untuk beli ini itu, pergi ke mana, akan naik. Sehingga keuntungan dia jadi mengecil, dan kemampuan untuk melunasi utang menjadi lebih kecil, maka bank harus berhati-hati melepas kredit," kata dia.

Mulya mengatakan BI sudah membuat simulasi penurunan kredit perbankan yang disebabkan oleh kenaikan BBM. Namun dia mengatakan bahwa pihak yang berwenang menyebutkan besaran pengaruh kebijakan BBM terhadap kredit bank yakni Departemen Kebijakan Moneter (DKM) BI.

"Untuk bicara angka penurunan kredit harus satu pintu, itu ada di DKM BI. Kalau saya yang bicara nanti salah," kata Mulya.

Di sisi lain Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono sebelumnya mengatakan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi otomatis berdampak pada meningkatnya biaya perbankan.

"Secara jangka pendek pasti akan meningkatkan inflasi. Dan dampaknya pada meningkatnya biaya perbankan," kata Sigit.

Dia mengatakan belum menghitung secara pasti berapa kenaikan biaya perbankan yang akan disebabkan dari kenaikan harga BBM bersubsidi. Termasuk terkait kemungkinan adanya koreksi terhadap penyaluran kredit dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) perbankan.

"Kami tidak memiliki kemampuan menghitung berapa tingkat inflasi yang disebabkan kenaikan harga BBM. Sehingga kami juga belum sampai ke tahap perhitungan adanya koreksi terhadap penyaluran kredit maupun NPL perbankan," ujar dia.

Sigit mengatakan meskipun kenaikan harga BBM bersubsidi akan berkontribusi pada inflasi namun dia optimistis dampaknya secara jangka panjang akan baik bagi perekonomian nasional termasuk sektor keuangan.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013