Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi Dan Sumberdaya Mineral (ESDM) mengatakan bahwa Indonesia berkomitmen dalam mengatasi perubahan iklim dan mengambil tindakan global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

  “Salah satu langkah yang diambil dalam mengurangi emisi gas rumah kaca adalah program konfederasi pembangkit listrik berbahan bakar gas,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji dalam pembukaan International and Indonesia Carbon Capture and Storage (IICCS) Forum 2023 di Jakarta Senin.

  Menurut dia salah satu tindakan nyata dari pemerintah Indonesia dalam mengurangi perubahan Iklim adalah memperbanyak sumber energi terbarukan.

  Tutuka menjelaskan bahwa pembangkit listrik berbahan gas saat ini sedang dalam proses penawaran oleh PLN, dan akan dibangun di 47 lokasi dengan total kapasitas 3.220 giga watt. Menurut dia langkah ini merupakan bagian dari upaya dekarbonisasi sektor transportasi.

  DIa juga mengungkapkan bahwa di wilayah Asia Pasifik, pemerintah Jepang telah menyatakan rencana strategisnya untuk mencapai emisi nol netto pada tahun 2050, dengan perlengkapan dan penyimpanan karbon (CCS) menjadi salah satu solusi penting,

  Selain itu menurut dia pemerintah China juga telah mengeluarkan lebih dari sepuluh kebijakan pedoman nasional untuk mempromosikan CCS.

  “Indonesia bersama dengan Malaysia telah mengambil langkah-langkah untuk mengembangkan registrasi teknologi penyimpanan karbon dioksida,”ujar Tutuka

  hal ini menurut dia bahwa Indonesia tetap menjadi pendukung CCS dan menjadi pelopor implementasi di Asia Tenggara.

  Penyediaan CCS di Indonesia menurut Tutuka, tidak hanya memberikan pengurangan emisi gas rumah kaca di tingkat proyek, tetapi juga membuka peluang bagi negara ini untuk menjadi fasilitas penyimpanan di wilayah Asia Tenggara.

  Selain itu menurut dia pemerintah Indonesia sedang mengembangkan kebijakan dan regulasi terkait CCS.

  Tutuka mengatakan Kementerian ESDM, bekerja sama dengan kementerian terkait sedang menyusun peraturan presiden tentang CCS di luar kegiatan hulu migas untuk mendukung pengurangan emisi dari industri lain.

  “Pada awal tahun ini, Kementerian ESDM telah mengeluarkan Peraturan Menteri tentang CCS pada kegiatan hulu migas sebagai tonggak ASEAN untuk mencapai target emisi nol netto pada tahun 2060 atau lebih awal,”ungkap Tutuka.

  Menurut dia pengembangan kebijakan dan regulasi yang efektif, tentang CCS merupakan hal yang kompleks dan membutuhkan pembelajaran dari pengalaman negara lain.

  Karena itu, dia percaya bahwa kemitraan dan kerja sama internasional sangat penting dalam mengembangkan CCS.

Baca juga: Kemenmarves: Teknologi penyimpanan karbon buka peluang lapangan kerja

Baca juga: Luhut: RI siap jadi bagian investasi penyimpanan karbon dunia


Pewarta: Alexander Arie Wauran
Editor: Sella Panduarsa Gareta
Copyright © ANTARA 2023