Sofia, Bulgaria (ANTARA News) - Forum dialog antar budaya yang digelar antara Indonesia dan Bulgaria merupakan bagian dari  "soft diplomacy," dalam upaya meningkatkan hubungan antar masyarakat kedua negara yang diharapkan akan memberikan konstribusi dalam memperkuat hubungan tradisional dan nilai-nilai demokrasi di kedua negara.

Hal itu terungkap dalam forum Bulgarian and Indonesian Round Table on intercultural and interfaith Dialogue yang bertemakan saling pengertian antar budaya dan agama antara Bulgaria dan Indonesia yang diadakan Kementerian Luar Negeri Bulgaria bekerjasama dengan KBRI Sofia di Sofia, Bulgaria awal pekan.

Forum diskusi dihadiri Direktur Amerika, Asia, Australia dan Oseania Kementerian Luar Negeri Bulgaraia, Angel Orbetsov dan Direktur Diplomatik Institut Kemlu Bulgaria Tanya Mihaylova, menghadirkan Wakil Menteri Agama RI Nassaruddin Umar, dan Wakil Menteri Kebudayaan Bulgaria Deyana Danailova.

Diskusi dihadiri oleh sekitar 100 peserta terdiri dari wakil Kementerian Kebudayaan Bulgaria, kalangan akademisi/pelajar Institut Diplomatik Kemlu Bulgaria, tokoh mayarakat dan agama, NGO, friends of Indonesia dan media setempat diikuti dengan antusias oleh seluruh peserta.

Wakil Menteri Agama RI, Nassaruddin Umar, Indonesia dan Bulgaria mengatakan tradisi toleransi beragama di masing-masing negara, sama-sama mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah kedua negara.

Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia yang moderat dan menjunjung tinggi toleransi, sementara Bulgaria dikenal sebagai melting point peradaban dunia yaitu tempat bertemunya peradaban agama-agama orthodox, Islam dan Katolik, sehingga sangat tepat bagi kedua negara untuk menyelenggarakan forum inter cultural dialogue, ujarnya.

Sementara itu Wakil Menteri Kebudayaan Bulgaria menyampaikan bahwa hubungan kerjasama kebudayaan Bulgaria dengan Indonesia telah dilakukan sejak lama yang saat ini terus meningkat khususnya di bidang pendidikan dan seni budaya.

"Meskipun secara geographis letak kedua negara sangat jauh namun hubungan kerja sama kebudayaan kedua negara menunjukkan peningkatan," ujarnya.

Menurut Deyana Danailova, kerjasama kebudayaan kedua negara selain dilakukan dalam kerangka bilateral juga dilakukan dalam kerangkan kerjasama regional. Diharapkan hubungan kerjasama budaya kedua Negara dapat terus ditingkatkan melalui forum seperti Intercultural Dialogue ini.

Sementara Dubes RI di Sofia, Bunyan Saptomo menyampaikan bahwa Inter-Cultural Dialogue yang diadakan di Sofia sangat relevan dengan hasil kesepakatan kerjasama yang dilakukan dalam pertemuan tingkat tinggi The Asia - Europe Meeting (ASEM) Summit yang digelar di Laos tahun lalu dimana Bulgaria juga berpartisipasi.

Dikatakannya dalam kesepakatan tersebut ditekankan pentingnya untuk memperdalam dan memperluas interfaith dialogue diantara negara-negara anggota ASEM guna mempromosikan kedekatan sosial dan perdamaian diantara masyarakat Asia dan Eropa.

Forum yang terbagi dalam tiga sesi ini membahas tiga tema, pertama dari kalangan akademisi "Multicultural Education as a Foundation of Peace and Unity of a Nation in Indonesia and Bulgaria" dengan pembicara Dekan The Center for Eastern Languages and Cultures Universitas Sofia St. Kliment Ohridski, Prof. Alexander Fedotov, dan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Dasar, Universitas Indonesia, Dr. Pudentia Maria Purenti.

Beberapa hal yang dapat dicatat dalam forum tersebut khususnya dikalangan akademisi adalah pentingnya pendidikan agama yang dimulai melalui pemberian pelajaran sejarah berbagai agama di dunia, sebagaimana yang dinyatakan Prof. Alexander Fedotov bahwa pendidikan agama yang diajarkan sebaiknya dimulai dengan mengajarkan sejarah agama dikalangan anak anak dan remaja.

Sementara pembahasan dari kalangan pemerintah yang bertema "Role of the Government and Religious Leaders in the Promotion of Cultural and Religious Tolerance in Indonesia and Bulgaria" disampaikan Wakil Menteri Agama RI, Prof. Nasaruddin Umar dan Direktur "Religious Issues" pada Dewan Menteri Bulgaria, Emil Velinov.

Prof Nasaruddin Umar mengatakan pemerintah melalui Kementerian Agama telah menggagas dialog antar agama melalui trilogi kerukunan umat beragama, yaitu keharmonisan antar agama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.

Indonesia sebagai Negara muslim terbesar di dunia yang moderat dan menjunjung tinggi toleransi sesuai dengan dasar negara Pancasila, berupaya membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dengan membentuk Lembaga Penelitian Kerukunan Umat Beragama (LPKUB) di tahun 1993 dan Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) tahun 2001.

Menurut Wamenag, tradisi toleransi beragama di masing-masing Negara, sama-sama mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah kedua Negara, kondisi tersebut sangat tepat dengan diselenggarakannya forum inter cultural dialogue dalam upaya meningkatkan hubungan masyarakat kedua negara.

Sementara itu pada sesi ketiga pembahasan yang bertema "Role of Media and Civil Society in the Promotion of Cultural and Religious Tolerance in Indonesia and Europe" yang disampaikan Editor of One Magazine Bulgaria, Asen Asenov, mengungkapkan pengalamannya selama mengadakan kunjungan ke Indonesia terkait dengan kehidupan kerukunan umat beragama di Indonesia.

Menurut Asen Anenov, pemerintah Bulgaria juga telah memberikan dukungan terkait dengan toleransi beraga di Bulgaria melalui peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, meskipun pada faktanya masih banyak individu yang belum memahami kebijakan pemerintahnya.

Sementara itu di Indonesia, Asen Anenov yang baru kembali dari Jakarta baru baru ini melihat kehidupan kerukunan beragama berjalan dengan baik. Bahkan pria lajang itu sangat terkesan dengan pernyataan rekan wanitanya yang berjilbab menyebutkan bahwa jilbab yang digunakannya itu adalah sebagai pedoman yang dapat menyadarkan setiap langkahnya sesuai dengan kaidah agama.

Sementara itu koresponden ANTARA London, menyampaikan peran media masa di Indonesia dalam mempromosikan kehidupan dan toleransi beragama berdasarkan contoh kerukunan kehidupan beragama di negara lain.

Pada sesi tanya jawab pertanyaan yang muncul antara lain terkait implementasi nilai-nilai Pancasila saat ini di Indonesia, perlu tidaknya pendidikan agama diajarkan di sekolah public, bagaimana upaya pemerintah Indonesia menangani beberapa aliran agama yang dianggap menyimpang dan upaya pemerintah Indonesia untuk mengelola/menangani bangunan sejarah berbagai agama di Indonesia.

Sesuai dengan ungkapan Teolog terkemuka dari Swiss, Dr. Hans Kung sebagaimana diungkapkan Tanya Mihaylova "tidak akan ada perdamaian di antara bangsa-bangsa tanpa kedamaian di antara agama-agama, dan tidak ada perdamaian di antara agama-agama tanpa dialog di antara mereka."

Persamaan dan perbedaan budaya harus berjalan beriringan untuk menciptakan kekuatan yang akan membawa kita menjadi orang-orang beradab.

Peserta forum dialog antarbudaya kedua negara menginginkan dapat dilaksanakannya kembali forum serupa di tahun mendatang di Indonesia dengan mengundang berbagai pihak yang terkait di Bulgaria. (ZG)

Oleh Zeynita Gibbons
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013