Jadi banyak juga kalau di tongkrongan sudah mulai ngomongin politik itu kayak enggak usah deh
Jakarta (ANTARA) - Dua aktor pemeran film "Kejarlah Janji" yakni Ibnu Jamil dan Bima Zeno menilai generasi muda saat ini masih merasa tabu untuk membahas hal-hal yang berbau politik.

Hal tersebut disebabkan oleh sejumlah hal, mulai dari rasa apatis hingga faktor lingkungan.

Ibnu berpendapat bahwa beberapa milenial mungkin menjadi apatis terhadap politik karena mereka belum memiliki pengalaman politik yang relevan dalam kehidupan mereka.

"Kalau menemukan yang apatis pasti ada karena masih ada yang cuek dengan politik ini, mungkin keluarganya tidak ada yang nyaleg, mungkin karena lingkungannya jauh dari politik bisa saja," ujar Ibnu kepada ANTARA, Kamis.

Selain itu, Ibnu juga menyoroti bahwa sebagian milenial mungkin enggan membicarakan politik karena menganggapnya sebagai topik yang tidak menarik atau mengganggu dalam berbagai situasi sosial.

Baca juga: Pengamat: Film bisa jadi sarana belajar sejarah dan afirmasi politik

Hal tersebut diamini oleh Bima Zeno. Menurut dia, pembicaraan mengenai politik masih dihindari oleh sebagian milenial karena khawatir mengganggu kebersamaan yang sedang berlangsung.

"Jadi banyak juga kalau di tongkrongan sudah mulai ngomongin politik itu kayak enggak usah deh ngomongin politik jadi kayak memang masih belum mau menyuarakan," kata dia.

Sementara itu, Sutradara film "Kejarlah Janji" Garin Nugroho menambahkan bahwa di tengah masyarakat saat ini terkadang sulit untuk membedakan antara sentimen pribadi dan penilaian rasional terkait pemimpin politik.

Keterbukaan terhadap politik dalam berbagai lingkungan sosial dinilainya bisa menjadi langkah awal yang penting.

Oleh karena itu, Garin mengatakan pendidikan politik harus mengajarkan bagaimana mengukur kepemimpinan secara obyektif dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya partisipasi politik.

"Oleh karena itu, pendidikan politik itu justru menjadikan suatu kesatuan yang memang terbuka, kritis, terukur sehingga ngobrolin politik tidak apa-apa, tetapi bisa membedakan antara sentimen dan cara-cara mengukur kepemimpinan," ucap dia.

Baca juga: Pandangan Christine Hakim soal film bertema politik di Indonesia

Dalam konteks film "Kejarlah Janji," baik Ibnu, Bima, dan Garin berharap bahwa film tersebut dapat menjadi alat atau kendaraan untuk membangun pemahaman politik yang lebih baik di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda.

"Tontonlah 'Kejarlah Janji' buat kalian yang ingin tahu tentang dunia pemilu dan bagaimana caranya supaya tidak golput dan seseru apa pemilu untuk tahun ini dan ke depannya supaya Indonesia bisa lebih maju dan juga tidak salah pilih pemimpin. Jadi kalian harus nonton 'Kejarlah Janji' dengan sesuatu yang menyenangkan," kata Ibnu.

"Banyak sekali nilai-nilai yang bisa diambil dalam film ini, terutama milenial atau gen Z untuk kita berani memilih, punya pendirian sebagai orang jadi jangan golput, harus punya pendirian, keputusan anak-anak muda," tambah Bima.

Film "Kejarlah Janji" hadir untuk menyebarkan pesan agar masyarakat, khususnya generasi muda, semakin sadar politik dan tidak menjadi golongan putih saat pemilu serentak 2024 mendatang.

Film yang diproduksi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menyambut Pemilu 2024 tersebut membawa pesan pemilu damai dan pendidikan politik yang kuat.

Melalui film ini, masyarakat diajak untuk mengetahui intrik-intrik politik yang terjadi selama proses pemilihan, namun dikemas dengan nuansa drama dan komedi yang menghibur.

Baca juga: Film "Kejarlah Janji" ajak generasi muda sadar politik dan tak golput

Baca juga: Legislator: Pendidikan politik sejak dini bisa melalui sineas muda

Baca juga: KPK gelar kompetisi film antikorupsi untuk sambut tahun politik

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023