Perubahan siklus tersebut merupakan satu dari empat tantangan
Jakarta (ANTARA) - Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) mengungkapkan adanya kemungkinan perubahan siklus ekonomi pada 2025, serta pergeseran siklus keuangan pada 2026.

Ketua Umum ISEI Pusat Perry Warjiyo menyampaikan dengan adanya perubahan tersebut menjadi tantangan yang perlu dikaji lebih lanjut oleh pemerintah agar mampu merumuskan kebijakan yang lebih tepat guna untuk menjaga ketahanan ekonomi Indonesia.

“Sekarang memang ekonominya sedang naik, di global maupun berbagai daerah, tetapi siapa yang tau, apakah dua tahun lagi lingkaran risiko ekonomi dan keuangan itu meletupkan suatu risiko krisis global nasional,” kata Perry dalam Sidang Pleno ISEI XXIII dan Seminar Nasional ISEI 2023 di Bengkulu, Jumat.

Terlepas dari siklus ekonomi Indonesia yang saat ini tengah dalam fase meningkat, dengan mengacu pada kondisi ekonomi global, Perry mengimbau para pemangku kebijakan untuk bersinergi serta bersiap akan kemungkinan terjadinya krisis ekonomi yang diprediksi pada 2025-2026.

Perubahan siklus tersebut merupakan satu dari empat tantangan lain yang disinggung oleh Perry. Tantangan kedua, yaitu adanya pergeseran sumber pertumbuhan ekonomi global atau fragmentasi ekonomi yang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia.

Perry menilai, terjadi adanya polarisasi terhadap negara-negara yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru, seperti India dan Indonesia.

“Kita sering menyebutnya sebagai multipolar sumber pertumbuhan ekonomi dunia, yang sering disebut fragmentasi ekonomi, dulu Eropa-Amerika, terus bergeser ke China, sekarang muncul India, di antaranya Indonesia,” ujar Perry.

Hal tersebut pasti berdampak terhadap sikap Indonesia dalam merumuskan kebijakan perdagangan dan investasi. Tak hanya itu, fenomena fragmentasi ekonomi juga dapat menjadi peluang baru bagi Indonesia untuk menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di dunia.

Tantangan ketiga, yakni bagaimana Indonesia mampu memanfaatkan momentum dari pertumbuhan demografi agar dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi.

Berbeda dengan negara lain, Perry menyebutkan 70 persen penduduk Indonesia telah membentuk sekitar 45 persen sumber pertumbuhan ekonomi baru dari sektor jasa.

Lebih lanjut, tantangan keempat berdasarkan hasil Sidang Pleno ISEI XXIII yaitu digitalisasi dalam sektor keuangan yang masih perlu dikembangkan Indonesia. Kemudian, tantangan kelima bagi Indonesia yaitu inklusif dan implementasi dari ekonomi hijau.

“Pengurangan karbon, itu harus menjadi tuntutan global dan kita harus merespons," pungkasnya.

ISEI sendiri merupakan organisasi profesional yang berfokus pada bidang ekonomi dan bisnis di Indonesia.

Adapun Sidang Pleno ISEI dan Seminar Nasional merupakan acara yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun guna mengevaluasi program kerja serta merumuskan rencana program kerja ke depan. Pada Sidang Pleno ISEI XXIII yang diselenggarakan di Bengkulu, dihadiri oleh seluruh pengurus pusat, termasuk Dewan Pembina, Dewan Pengawas serta 51 cabang ISEI dari seluruh Indonesia.
Baca juga: Menko Airlangga sebut RI punya modal besar untuk jadi negara maju
Baca juga: ISEI dorong hilirisasi yang berkaitan dengan UMKM
Baca juga: Sidang Pleno ISEI bahas ketahanan-kebangkitan ekonomi menuju RI maju

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2023