Jakarta, 5/5 (ANTARA) - Vietnam adalah negara penghasil dan pengekspor ikan patin terbesar di dunia. Bahkan saat ini konsumsi Patin di Eropa yang mencapai 25% berasal dari Vietnam. Budidaya ikan patin Vietnam dilakukan di karamba dan delta Sungai Mekong. Luas lahan budidaya Vietnam pada tahun 2009 saja sudah mencapai 1,1 juta hektar. Seperti sungai Mekong di Vietnam, sungai Batanghari di Jambi akan mampu menjadi salah satu sentra produksi patin di Indonesia. Potensi lahan dan sumberdaya di Indonesia untuk budidaya patin sangat bisa diandalkan untuk dapat menyamai produksi patin di Vietnam. Bahkan apabila Indonesia bisa memanfaatkan dan menerapkan teknologi yang dimiliki, produksi patin Indonesia bisa melebihi Vietnam. Demikian ditegaskan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, pada saat kunjungan kerja di Kabupatan Tanjung Jabung Timur, Jambi, Jum’at (3/5).

     Menurut Slamet, Indonesia memang bisa menjadi negara penghasil patin terbesar. Apalagi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah memilih ikan Patin menjadi salah satu komoditas utama dalam program industrialisasi perikanan budidaya. Untuk itu, komodtas ini akan terus dipacu peningkatan produksinya dari tahun ke tahun. Lebih dari itu, Indonesia mempunyai potensi lahan budidaya Patin lebih beragam. Melimpahnya sumberdaya perairan seperti sungai, danau, waduk maupun perkolaman, menjadi modal yang potensial untuk pengembangan Patin.

     “Peluang ekspor Patin masih cukup besar dipasar Internasional. Demikian juga dengan pasar domestik, di mana kegemaran masyarakat yang suka mengkonsumsi ikan patin sangat tinggi. Dengan pertimbangan ini, menjadikan Patin sebagai komoditas yang pantas dikembangkan dan dibesarkan melalui program industrialisasi,” tandasnya.

     Sumber daya benih patin yang melimpah dan lingkungan sungai yang relatif masih bersih juga menjadi faktor pendukung untuk bisa menghasilkan kualitas patin yang lebih bagus. Untuk itu, KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) akan mengembangkan budidaya patin secara maksimal di beberapa tempat. Salah satunya di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Adapun lokasi yang akan dijadikan percontohan terletak di Kecamatan Sabak Timur. DJPB akan bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur. DJPB akan mencetak 1 hektar lahan menjadi dua kolam percontohan patin kolam dalam dengan sistem pengairan pasang surut. “Tujuan dari percontohan ini adalah menerapkan sistem budidaya baru dengan memanfaatkan teknologi dan sumberdaya alam yang ada di Jambi. Tujuan akhirnya tidak lain untuk peningkatan produksi patin,” tambah Slamet.

     Tanjung Jabung Timur yang terletak di pantai timur Sumatera merupakan satu wilayah yang potensial menjadi sentra produksi patin. Aliran sungai Batanghari yang membelah wilayah kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki potensi untuk pengembangan budidaya patin. Salah satu sistem budidaya ikan patin yang dapat dikembangkan di wilayah ini adalah budidaya ikan patin dengan sistem kolam pasang surut. Sistem ini memanfaatkan adanya pasang dari sungai Batanghari untuk mengisi kolam di sepanjang aliran sungai, sekaligus melakukan pergantian air kolam pada saat sungai surut. “Dengan adanya dua kali pasang surut di sungai Batanghari, maka secara otomatis kualitas air kolam akan terjaga. Pola ini menjadikan ikan patin tumbuh lebih cepat,” jelas Slamet.

     Ketersediaan Pakan
     Menurut Slamet, untuk mendukung peningkatan produksi patin ada 3 faktor yang harus terpenuhi. Yaitu ketersediaan pakan, induk unggul serta benih bermutu. Di Jambi, tiga hal ini, tidak menjadi masalah. Di mana, Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi telah mengembangkan benih Patin Siam yang produksinya bagus dan dagingnya putih. Hal itu berbeda dengan daging Patin lokal yang cenderung berwarna merah. Sedangkan untuk mendukung ketersediaan pakan, Pemerintah provinsi Jambi berencana untuk membangun pabrik pakan, khususnya untuk mendukung budidaya Patin di wilayah Jambi. Kerjasama pembangunan pabrik pakan ini akan melibatkan pemerintah pusat maupun daerah, Asosiasi Pembudidaya Patin Jambi (AP2J), Swasta serta dukungan perbankan. “Sinergi dan kerjasama ini akan terus dijalin untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan perikanan budidaya dan mendorong pada peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

     Slamet menambahkan, pembangunan sarana dan prasarana budidaya seperti pabrik pakan ikan oleh Pemda akan sangat mendukung program budidaya perikanan. Program ini merupakan wujud kepedulian  pemerintah daerah terhadap perkembangan perikanan budidaya dan juga terhadap kesejahteraan para pembudidaya. Apalagi, untuk serapan produksi Patin di provinsi Jambi saat ini cukup terbantu dengan adanya Unit Pengolahan Ikan (UPI). UPI ini memiliki kapasitas pengolahan patin sebesar 5 ton per hari. Bahkan, apabila kapasitas ini sudah terpenuhi, pemerintah propinsi Jambi berencana untuk mengembangkan UPI di sekitar lokasi pengembangan budidaya patin kolam dalam dengan sistem pasang surut. “Program Pemda ini jelas akan mempermudah akses pemasaran hasil produksi Patin,” tambahnya.

     Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Indra Sakti, SE, MM, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP.0818159705)

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013