Baghdad (ANTARA News) - Serangan-serangan bom dan penembakan di lima daerah Irak menewaskan 10 orang dan mencederai 27 lainnya, Senin, kata beberapa pejabat keamanan dan medis.

Dalam serangan paling mematikan, dua bom mobil meledak di sebelah timurlaut Baghdad, menewaskan lima orang dan mencederai 20, kata mereka, lapor AFP.

Di daerah Dura di Baghdad selatan, ledakan bom pinggir jalan di dekat sebuah restoran menewaskan dua orang dan mencederai enam lain.

Di Muqdadiyah, sebelah timurlaut Baghdad, orang-orang bersenjata membunuh seorang anggota Sahwa, milisi penentang Al Qaida, dalam serangan terhadap sebuah pos pemeriksaan.

Sebuah bom meledak di dekat markas lokal Aliansi Nasional Syiah di kota Mosul, Irak utara, menewaskan satu pegawai dan mencederai seorang lain, sementara orang-orang bersenjata membunuh seorang pria di dekat rumahnya di kota Hawijah di Irak utara.

Pasukan keamanan dikerahkan menghadapi protes anti-pemerintah di dekat Hawijah pada akhir April, yang menyulut bentrokan-bentrokan yang menewaskan puluhan orang.

Serangan-serangan itu terjadi setelah gelombang kekerasan menewaskan lebih dari 240 orang dalam tujuh hari pada akhir April, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai kembalinya kerusuhan sektarian yang menewaskan puluhan ribu orang.

Kekerasan itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Lebih dari 450 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas keterangan dari pejabat-pejabat keamanan dan medis, sementara jumlah kematian pada Maret mencapai 271.

Sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.

Pejabat-pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Wakil Presiden Tareq al-Hashemi pada 19 Desember 2011 setelah mereka memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris.

Puluhan pengawal Hashemi, seorang pemimpin Sunni Arab, ditangkap dalam beberapa pekan setelah pengumuman itu, namun tidak jelas berapa orang yang kini ditahan.

Hashemi, yang membantah tuduhan tersebut, bersembunyi di wilayah otonomi Kurdi di Irak utara, dan para pemimpin Kurdi menolak menyerahkannya ke Baghdad.

Pemerintah Kurdi bahkan mengizinkan Hashemi melakukan lawatan regional ke Qatar, Arab Saudi dan Turki. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013