Jakarta (ANTARA) -
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa peluncuran inovasi "Cegah stunting bersama pengusaha (Cempaka)" di Kota Semarang, Jawa Tengah, menjadi salah satu kunci keberhasilan mengentaskan stunting dengan gotong royong.
 
"Gotong royong menjadi inti dari semua kegiatan yang kita lakukan. Saya itu enggak kepikiran bagaimana mengentaskan stunting dengan sederhana, tapi di Kota Semarang ini para pelaku usahanya punya ide luar biasa, dua telur cukup sehari dibagikan kepada masyarakat," kata Hasto di Semarang, Selasa.

Menurut dia upaya pemerintah untuk mengatasi masalah dasar seperti kemiskinan dan stunting, hanya mampu memberikan solusi kurang lebih 30 persen, sisanya dari gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat.
 
Ia juga berkelakar bahwa gerakan pengusaha di Kota Semarang untuk memberikan dua telur kepada keluarga berisiko stunting ini merupakan salah satu cara untuk menyindir agar para bapak turut serta berkontribusi menjadi bapak asuh anak stunting dengan memberikan telur.
 
"Saya baru ingat, oh iya, kita (laki-laki) juga punya dua telur, jadi ini juga menyindir, ayo bapak asuh, dua telurnya di mana? Ini sederhana tapi mengena," ucapnya sambil terkekeh.
Menurut dia telur lebih efektif mengurangi stunting karena mengandung omega 3 yang baik untuk pertumbuhan otak anak, juga dibantu dengan protein lain seperti ikan.
 
Ia juga mengapresiasi upaya Kota Semarang yang berhasil menurunkan stunting sebesar 10 persen. Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting Kota Semarang tahun 2021 yakni 21,3 persen, turun menjadi 10,4 persen di tahun 2022.
 
"Saya salut kepada Bu Wali karena di sini mencanangkan tidak hanya nol kemiskinan ekstrem, tetapi juga nol stunting. Semarang ini menjadi contoh karena penurunan stuntingnya luar biasa," tuturnya.
 
Adapun selain inovasi Cempaka, Kota Semarang juga memiliki inovasi Milenial Gotong Royong Atasi Stunting di Kota Semarang (Melon Musk), dan salah satu yang sedang digiatkan yakni Gerakan sayang pangan Kota Semarang (Garang Asem), sebuah gerakan untuk mengendalikan sampah makanan.
 
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu atau yang akrab disapa Ita mengatakan bahwa para pelaku usaha, termasuk pemilik usaha hotel untuk ikut berkontribusi dalam gerakan Garang Asem dengan memanfaatkan makanan yang berlebih.
 
"Kami kerja sama dengan pengusaha hotel, juga Pengusaha Jasa Boga Indonesia (PJBI) dengan memanfaatkan makanan yang berlebih, jadi bukan makanan sisa. Seperti yang bapak/ibu makan pagi ini, daripada dibuang dan tidak bermanfaat, bisa diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan," ujar Ita.
 
Menurut dia makanan hotel memiliki standar yang bagus, sehingga bisa diberikan ke rumah posko atau ke dapur-dapur sehat untuk mengatasi stunting (Dashat).
 
"Kami memberikan ke rumah posko atau Dashat, setelah diolah ini dibagikan kepada adik-adik dari Melon Musk, sehingga diharapkan dengan kondisi yang seperti ini, kita bisa memberikan menu yang sehat kepada anak-anak yang stunting," ucapnya.
 
Ia menegaskan, "Garang Asem", ini dapat menghemat biaya dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
 
"Hotel berbintang di Kota Semarang ini ada 82, kalau 82 ini ada makanan berlebih misalnya 10, jadi sudah ada 820, sehingga kita bisa efisien tidak menggunakan APBD, karena dana terbesar di dalam penanganan stunting itu kan pemenuhan makanan tambahan," tuturnya.

Baca juga: Wali Kota Semarang sambut veteran KB atasi stunting dari hulu 

Baca juga: Pemkot Semarang: Rumah Sigap optimalkan penanganan stunting
 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023