Kami yakin kami bisa menampilkan pertunjukan memukau yang akan diingat oleh dunia.
Hangzhou (ANTARA) - Setidaknya sejak dua hari jelang upacara pembukaan Asian Games Ke-19, awan mendung dan hujan rintik musim gugur menyembunyikan birunya langit Kota Hangzhou, Ibu Kota Provinsi Zhejiang, China.

Meski demikian, masyarakat setempat memiliki keyakinan bahwa semakin banyak hujan turun, kian melimpah keberuntungan yang mereka dapatkan. Dan Hangzhou menyatakan telah siap menyelenggarakan pesta olahraga se-Asia yang bakal memukau dunia, setidaknya itu yang dijanjikan panitia penyelenggara.

Sekretaris Jendral Eksekutif Panitia Penyelenggara Asian Games Hangzhou (HAGOC) Chen Weiqiang mengungkapkan bahwa "budaya" dan "kecerdasan" menjadi tema besar hajatan di kota kelahiran raksasa e-commerce Alibaba itu.

Hangzhou sendiri adalah kota tempat budaya dan sejarah berpadu dengan teknologi modern. Dan seperti yang sudah-sudah, upacara pembukaan ajang olahraga internasional selalu menjadi platform utama untuk menampilkan budaya negara tuan rumah.

Upacara pembukaan yang berlangsung Sabtu malam (23/9) di Hangzhou Olympic Sports Centre nanti akan menunjukkan sejarah panjang kota di pesisir timur China itu yang diproyeksikan ke layar dan lantai stadion, dikombinasikan dengan atraksi teknologi canggih seperti animasi tiga dimensi tanpa kacamata, hingga penyalaan kaldron Asian Games yang inovatif dengan melibatkan pemegang obor virtual.

"Seluruh teknologi itu, properti dan program yang kami jalankan akan membantu kami menyajikan kekayaan sejarah dan budaya yang mendalam dari Hangzhou dan (provinsi) Zhejiang, juga harapan rakyat China untuk menyatukan seluruh negara Asia, dengan cara yang estetik dan intensif," ungkap Direktur dan Produser Utama Upacara Pembukaan Sha Xiaolan, dilansir laman resmi penyelenggara.

Selama kurang lebih 115 menit, program upacara pembukaan diawali dengan pertunjukan selamat datang, yang diikuti dengan parade delegasi hingga berbagai pementasan seni yang mengusung tema seperti ekuinoks musim gugur, salah satu momen perayaan masa panen di China, serta fenomena air pasang yang telah menyaksikan perubahan sejarah di Hangzhou dan peradaban Liang-zhu.

Untuk memastikan seluruh program berjalan lancar, tim kreatif juga telah melakukan gladi resik selama lima kali sejak 29 Agustus. "Kami yakin kami bisa menampilkan pertunjukan memukau yang akan diingat oleh dunia," kata Sha.

Bahkan penyelenggara telah melakukan uji coba penanganan arus penonton, yang diprediksi sebanyak 50.000 orang saat upacara pembukaan, serta memastikan prosedur keamanan dan kedatangan yang efisien. Apalagi, Presiden Xi Jinping dan sejumlah kepala negara sahabat juga akan menghadiri upacara pembukaan tersebut.

Karena mengusung konsep ramah lingkungan, Asian Games kali ini terbilang unik dan menabrak pakem pembukaan pesta olahraga multicabang. Alih-alih menyalakan kembang api tradisional, tim produksi telah mendesain pertunjukan kembang api virtual yang disorotkan ke layar serta menggunakan metanol beremisi nol sebagai bahan bakar api kaldron.

Metode menyalakan api utama seperti itu adalah yang pertama kalinya dilakukan dalam ajang akbar olahraga internasional.

Pelaksana tugas direktur jendral Komite Olimpiade Asia (OCA) Vinod Kumar Tiwari pun menyebut Asian Games Hangzhou akan menjadi ajang yang paling ramah lingkungan dan cerdas yang pernah digelar sepanjang sejarah.

China menggunakan sumber energi terbarukan untuk mendukung Asian Games kali ini sekaligus menunjukkan ketangguhan negeri Tirai Bambu itu dalam mewujudkan lingkungan hijau dan rendah karbon.

Dan untuk kali pertama dalam sejarah Asian Games, Hangzhou 2022 bakal sepenuhnnya menggunakan listrik hijau sebagai pasokan listrik reguler di semua venue kompetisi.

Listrik hijau mengacu pada pasokan listrik dengan emisi karbon dioksida nol atau hampir nol selama proses produksi dan memiliki dampak lingkungan yang terbatas. Saat ini, tenaga listrik hijau di China sebagian besar berasal dari pembangkit listrik tenaga surya dan bayu.

Listrik yang dihasilkan dari kincir angin di Hami di Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China barat laut, dan panel surya di Jiayuguan di Provinsi Gansu disalurkan melalui jalur tegangan ultratinggi ke Hangzhou, kota tuan rumah pesta olahraga tersebut di China timur, demikian seperti dilaporkan Xinhua.

Sesuai dengan konsep Asian Games yang hijau, pihak penyelenggara telah memasukkan konservasi energi dan pengurangan emisi ke dalam desain dan konstruksi venue. Sebagai contoh, 1 kWh listrik dapat menyalakan lampu hemat energi di stadion utama dan natatorium selama 100 jam.

Pengelolaan konsumsi energi yang dinamis di stadion utama dapat membantu venue tersebut meningkatkan efisiensi energi hingga lebih dari 10 persen. Natatorium itu memaksimalkan pemanfaatan cahaya alami luar ruangan (outdoor) untuk pencahayaan dalam ruangan (indoor), yang dapat membantu meningkatkan efisiensi pencahayaan indoor lebih dari 30 persen.

"Desain infrastruktur dan stadion-stadion sangat ramah lingkungan. Kita bisa melihat hampir di mana-mana ada mobil listrik di sini," kata Kumar.

"Ini mungkin bisa menjadi pelopor untuk Asian Games berikutnya," kata dia.

Sementara itu, Yi, warga Beijing yang datang ke Hangzhou untuk terlibat dalam penyelenggaraan Asian Games, merasakan betul bagaimana dalam satu tahun terakhir ini kehidupan telah banyak berubah.

Gelombang kasus COVID-19 yang sempat kembali menghantam China telah membuat Asian Games Hangzhou tertunda setahun.

"Akan tetapi sekarang masyarakat China sudah mulai menjalani kehidupan yang normal pascapandemi. Meskipun di beberapa wilayah orang masih disarankan mengenakan masker, tetapi tidak di sini," kata Yi kepada Antara.

Nyaris tidak ada pemandangan warga memakai masker di Hangzhou saat ini, seakan terhapus sudah pengalaman kelam di kala pandemi.

Masyarakat sudah beraktivitas dengan normal. Senyuman dan sapa hangat para sukarelawan pun menyambut para tamu yang ingin bersama-sama merasakan gempita pesta olahraga paling akbar di Asia itu.












 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023