Jakarta (ANTARA) -
Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI Dr. Ir. Taufik Hanafi menyatakan bahwa transformasi di bidang kesehatan menjadi modal membangun Sumber Daya Manusia (SDM) maju untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
 
"Transformasi kesehatan untuk semua masuk ke dalam misi pertama dalam 17 arah pembangunan, yakni transformasi sosial, salah satunya membangun sistem kesehatan yang tangguh dan responsif," kata Taufik pada diskusi publik kesehatan dan Hak Asasi Manusia (HAM) di Jakarta, Jumat.
 
Taufik menjelaskan, selain membangun sistem kesehatan yang tangguh, transformasi untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 juga bertujuan untuk meningkatkan penduduk yang sehat dan berusia panjang, menurunkan angka stunting di bawah lima persen, menurunkan angka tuberkulosis, dan kusta tereliminasi.
 
Misi tersebut telah tertuang dalam Visi menuju Indonesia Emas 2045 yakni Nusantara yang berdaulat, maju, dan berkelanjutan, yang diterjemahkan dalam lima kelompok indikator penting.
 
Indikator pertama, yakni pendapatan per kapita setara negara maju. Kedua, kemiskinan menuju 0 persen dan ketimpangan berkurang. Ketiga, kepemimpinan dan pengaruh di dunia internasional meningkat.
 
Kemudian keempat, daya saing sumber daya manusia meningkat, dan kelima intensitas emisi gas rumah kaca menurun menuju nol emisi karbon.
 
"Posisi kesehatan ada di indikator nomor empat, yakni daya saing sumber daya manusia meningkat, dimana acuan indeks kualitas sumber daya manusia pada tahun 2022 yakni 0,54, yang diharapkan tetap stabil atau meningkat hingga tahun 2025, dengan target pada 2045 sebesar 0,74," katanya.  
 
Ia menegaskan, indikator nomor empat ini tidak berdiri sendiri, tetapi juga mempengaruhi indikator-indikator penting lainnya.
 
"Semakin sehat masyarakat, akan semakin mendapatkan eksposur pendidikan. Maka, mereka memiliki kesempatan yang lebih luas untuk bisa berpartisipasi di dalam pembangunan," ucapnya.
 
Pembangunan kesehatan, tambah dia, juga telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, dimana ada lima indikator penting yang harus ditingkatkan.
 
"Pertama, usia harapan hidup dari acuan dasar di tahun 2025 sebesar 74,43 menjadi 80 di tahun 2045. Kedua, angka kematian hidup dari 115 per 1.000 kelahiran hidup, menjadi 16 per 1.000 kelahiran hidup pada 2045," paparnya.
 
Ketiga yakni prevalensi stunting pada balita dari acuan dasar di tahun 2025 sebesar 13,5 persen, menjadi 5 persen di tahun 2045. Keempat, insiden tuberkulosis dari 274 per 100.000 penduduk, menjadi 76 per 100.000 penduduk.
 
Kelima, yakni cakupan kepesertaan jaminan kesehatan nasional dari 98 persen di tahun 2025 menjadi 99,5 persen di tahun 2045.
 
"Untuk mewujudkan transformasi kesehatan ini, kita perlu menurunkan kasus penyakit tidak menular, dan prevalensi obesitas yang juga masih tinggi, ini perlu menjadi perhatian karena Indonesia masuk peringkat dua dunia," tuturnya.
 
Aspek pemerataan, dan pelibatan masyarakat, menurutnya, baik layanan kesehatan maupun derajat kesehatan dan gizi masyarakat Indonesia juga perlu ditingkatkan.
 
"Aspek pembiayaan, pemerataan, dan desentralisasi juga menjadi hal yang patut diperhatikan, karena pada akhirnya setiap program pembangunan itu yang akan mengeksekusi ya di wilayah," kata dia.

Baca juga: Bappenas: RPJMN 2025-2029 sangat berperan wujudkan Indonesia Emas 2045

Baca juga: BPS: Statistik berkualitas penting untuk wujudkan Indonesia Emas 2045

Baca juga: Bappenas: Negara bisa maju dengan melakukan pembangunan berkelanjutan

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023