Beijing, (ANTARA/PRNewswire)- Oksana Chusovitina, atlet senam artistik legendaris asal Uzbekistan, sosok yang tak mengenal usia di cabang olahraganya, ingin meraih kesuksesan di Hangzhou Asian Games.

"Saya ingin bersaing di Asian Games untuk menunjukkan kemampuan saya," ujar atlet 48 tahun yang masih menunjukkan performa terbaiknya setelah mengikuti empat Asian Games dan delapan Olimpiade, kepada CGTN, minggu lalu.

Selain Chusovitina, sekitar 12.500 atlet dari 45 negara dan wilayah juga bergabung di Hangzhou, dan bersaing dalam 40 cabang olahraga, jumlah yang memecahkan rekor, di Asian Games Ke-19 yang dijuluki "Asiad".

Setelah perwakilan atlet hadir di lokasi utama Asian Games—Big Lotus—dalam acara pembukaan di Hangzhou, ibu kota Provinsi Zhejiang, Tiongkok Timur, Sabtu lalu, Presiden Tiongkok Xi Jinping pun menyatakan Asian Games Ke-19 telah resmi dibuka.

Arena dan fasilitas olahraga di Hangzhou dinilai "luar biasa", dan para atlet "merasa sangat puas", seperti disampaikan Raja Randhir Singh, Acting President, Olympic Council of Asia (OCA), saat bertemu presiden Tiongkok, Jumat lalu.

Xi berkata, presiden Tiongkok dan masyarakat Tiongkok merasa optimis dan mampu menggelar ajang olahraga spektakuler yang menampilkan karakteristik Tiongkok sekaligus merayakan pesona Asia.

Dalam acara makan malam, Sabtu lalu, presiden Tiongkok ini juga menilai, Asian Games, seperti banyak ajang olahraga lain di Asia, menawarkan perhelatan yang memadukan olahraga dan kebudayaan, serta menunjukkan sikap saling memahami di antara masyarakat Asia yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

"Standar baru"

Setelah penutupan kirab api obor Asian Games yang berlangsung hampir dua minggu, 2.022 orang pembawa api obor telah melintasi 11 kota di Provinsi Zhejiang. Selain itu, lebih dari 100 juta orang turut berpartisipasi dalam acara virtual kirab api obor lewat platform digital.

Di acara penyalaan api obor Asian Games pertama yang berlangsung secara digital, Sabtu malam, sebuah sosok manusia digital, perwakilan dari 100 juta pembawa api obor digital, berkunjung dari Sungai Qiantang ke Big Lotus untuk menyalakan cauldron bersama pembawa api unggun di dunia nyata.

Selain memanfaatkan teknologi canggih, panitia acara juga menjalankan sejumlah inisiatif yang mendukung Hangzhou tampil sebagai tuan rumah Asiad pertama yang bebas karbon. Di Asian Games Village, misalnya, peserta dapat memperoleh "poin rendah karbon" dan memenangkan hadiah dengan menggunakan alat transportasi yang ramah lingkungan dan berbelanja tanpa kantong plastik.

Maka, Hangzhou Asian Games menjadi model bagi Asian Games mendatang untuk berbagai hal, seperti disampaikan Thomas Bach, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Jumat lalu.

"Hangzhou Asian Games juga membuat standar baru tentang penyelenggaraan ajang olahraga yang berkelanjutan, emisi karbon, kebijakan bebas sampah, dan inisiatif lain," kata Bach.

"Heart to heart"

Hangzhou Asian Games adalah Asiad ketiga yang berlangsung di Tiongkok setelah Beijing pada 1990 dan Guangzhou pada 2010. Hangzhou Asian Games juga menjadi ajang olahraga internasional terbesar di Tiongkok sejak Olimpiade Musim Dingin 2022 Beijing digelar.

Perdana Menteri Nepal Pushpa Kamal Dahal "Prachanda" yang tiba di Hangzhou, Sabtu lalu, untuk menghadiri acara pembukaan Asiad, memuji slogan ajang ini – "Heart to Heart, @Future".

"Setelah posisi Asia mengemuka, kita harus menjaga persatuan Asia, serta menghubungkan berbagai masyarakat dari hati ke hati demi mewujudkan kemakmuran yang saling menguntungkan dalam jangka panjang," katanya sebelumnya berkunjung ke Tiongkok.

Ketua Komite Olimpiade Kamboja Thong Khon memimpin delegasi lebih dari 110 atlet ke ajang olahraga terbesar di Asia ini. Dia menilai, Hangzhou Asian Games melambangkan semangat perdamaian, persahabatan, solidaritas, persatuan, dan kerja sama internasional antara masyarakat dari latar belakang yang beraneka ragam.

"Ajang ini akan meningkatkan ikatan kebudayaan dan antarwarga, serta sikap saling memahami antara berbagai negara dan wilayah di Asia," ujar Thong Khon.

Pesan ini juga didukung oleh presiden IOC. Ketika bertemu dengan Xi pada Jumat lalu, Bach mencatat, dunia kini berhadapan dengan konflik geopolitik dan banyak permasalahan. Namun, dia memuji peran Asian Games dalam memperkuat persatuan di Asia.

IOC berkomitmen menjaga multilateralisme dan menolak upaya politisasi olahraga. Maka, IOC mengapresiasi langkah Tiongkok yang berada di poros yang benar, menurut Bach.

"Saya optimis, ajang ini akan menjadi Asian Games yang sukses dan menarik, serta mampu meningkatkan persatuan dan persahabatan di Asia," katanya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023