Kalau petani tergiur untuk menjual seluruh gabahnya ketika harganya sedang tinggi, nanti petani justru akan membeli beras dengan harga yang jauh lebih tinggi
Cilacap, Jateng (ANTARA) - Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menyatakan sebagian petani di wilayahnya telah memasuki musim tanam pertama tahun 2023/2024, meskipun musim kemarau masih berlangsung.

"Berdasarkan prakiraan cuaca dari BMKG, hujan mulai turun di wilayah Cilacap pada dasarian ketiga bulan Oktober. Akan tetapi DI (Daerah Irigasi) Serayu mulai dibuka pertengahan September," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dispertan Kabupaten Cilacap Mlati Asih Budiarti di Cilacap, Jateng, Senin.

Menurut dia, dibukanya DI Serayu tersebut lebih awal dari rencana semula pada 1 Oktober dan dilakukan atas permintaan petani karena perbaikan saluran irigasi telah selesai.

Dalam hal ini, kata dia, petani meminta agar pembukaan saluran irigasi di DI Serayu dimajukan untuk mempercepat masa tanam padi.

Dengan demikian, lanjut dia, area persawahan di wilayah Kecamatan Sampang dan Maos saat sekarang sudah mulai ditanami padi.

"Hingga saat ini luasan sawah yang telah ditanami padi sekitar 500 hektare dan diharapkan pada akhir Oktober bisa mencapai 2.665 hektare yang tersebar di sejumlah kecamatan. Semoga bisa lebih dari itu," ungkapnya.

Ia mengharapkan area persawahan yang telah ditanami padi pada bulan Oktober dapat memasuki masa panen pada bulan Januari 2024 disusul area persawahan yang mulai tanam pada bulan November dan Desember.

Kendati demikian, dia mengakui jika hingga saat ini masih ada area persawahan di wilayah barat Kabupaten Cilacap yang sedang memasuki masa panen hasil pertanaman pada musim gadu.

"Bahkan, luasan panen pada bulan September mencapai kisaran 7.000 hektare, sedangkan pada bulan Oktober diperkirakan mencapai 4.000 hektare. Jadi, masa panen di Cilacap itu lumintu atau berkesinambungan," jelasnya.

Terkait dengan masih adanya masa panen di Cilacap, Mlati mengimbau petani untuk tidak menjual seluruh gabah hasil panennya meskipun saat sekarang harga gabah kering giling (GKG) tergolong tinggi karena mencapai Rp8.500 per kilogram.

Dia mengharapkan petani menyimpan sebagian gabah hasil panennya untuk memenuhi kebutuhan keluarga minimal hingga memasuki masa panen berikutnya.

"Kalau petani tergiur untuk menjual seluruh gabahnya ketika harganya sedang tinggi, nanti petani justru akan membeli beras dengan harga yang jauh lebih tinggi," tegasnya.

Baca juga: Pemkab Cilacap imbau petani perikanan budidaya waspadai cuaca ekstrem
Baca juga: 602 hektare lahan tanaman padi di Cilacap terdampak kekeringan

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023