Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyebut pengiriman bantuan kemanusiaan untuk penanganan bencana Badai Daniel di Libya melalui proses yang panjang dan berliku.

Abdul dalam keterangannya disiarkan di Jakarta, Selasa, mengatakan koordinasi hingga negosiasi yang cukup panjang dilakukan antara pihak BNPB, Kemlu, KBRI, KJRI dengan Libya maupun maskapai penerbangan pada menit injury time.

"Ini juga yang menyebabkan mundurnya jadwal pengiriman bantuan dari waktu awal yang sudah direncanakan," kata Abdul.

Abdul menyebutkan sesuai rencana awal, Pemerintah Indonesia akan mengirimkan bantuan dengan maskapai domestik. Namun hal itu harus diurungkan karena berbagai hal di antaranya adalah maskapai domestik ternyata belum mengantongi asuransi penerbangan ke Libya.

Jika terjadi kendala maka pihak maskapai tidak dapat mengklaim asuransi. Di samping itu maskapai domestik belum memiliki izin terbang di wilayah langit "Maghreb Afrika Utara".

Baca juga: BNPB: Bantuan kemanusiaan Pemerintah Indonesia tiba di Libya

Baca juga: BNPB: Jebolnya bendungan raksasa Libya dapat dijadikan alarm Indonesia


"Setelah melalui proses yang cukup memakan waktu, pengiriman bantuan ini akhirnya dipercayakan kepada maskapai Terra Avia, yang dinilai memiliki persyaratan dan kelengkapan terbang serta dapat menjamin keseluruhan yang dibutuhkan dalam misi kemanusiaan ke Libya ini," kata dia.

Terra Avia ini adalah maskapai milik Republik Moldova yang melayani sewa/carter maupun penerbangan berjadwal berbasis di Eropa Timur. Rata-rata, maskapai ini melayani carter untuk ibadah haji maupun umroh ke Tanah Suci, termasuk pengiriman kargo.

Adapun pesawat yang digunakan berjenis Boeing 747-400 dengan ciri berwarna putih, lambung berwarna biru tua dan terdapat gambar wajah harimau di bagian moncong pesawat.

Pesawat jumbo jet itu lepas landas pada pukul 03.38 WIB mengangkut rombongan beserta jenis bantuan yang meliputi tenda pengungsi 5 set, tenda keluarga 100 set, genset 2kVA 20 unit, velbed 1.000 unit, kasir lipat 500 buah, peralatan kebersihan 1.500 pak, pakaian anak 5.000 potong, pakaian dewasa 2.500 potong, pakaian dalam 2.000 potong.

Selanjutnya, perkakas tukang 100 kit, kain kafan 1.000 lembar, kantong jenazah 1.000 lembar, lampu solar 30 unit, rendang kemasan 5.000 paket, susu protein 5.000 paket dan makanan siap saji 5.000 paket.

Kemudian untuk bantuan peralatan kesehatan meliputi alat kesehatan darurat enam buah, perlengkapan higienis balita 65 paket, perlengkapan higienis ibu hamil 39 paket, perlengkapan higienis bayi 42 paket, disinfektan 60 paket, alat penyemprot disinfektan 15 unit, alat penyuling dan penjernih air empat unit, MP ASI 1 ton dan PMT ibu hamil 1 ton.

Setelah menempuh penerbangan selama kurang lebih 11 jam atau pukul 10.52 waktu Libya, bantuan kemanusiaan itu tiba di Bandara Internasional Benina, Benghazi, Libya.

"Awalnya bantuan ini direncanakan untuk dapat diturunkan di Tripoli yang berada di Libya Barat. Namun dengan berbagai aspek pertimbangan, maka pesawat kemudian diarahkan ke Benghazi, wilayah Libya Timur," ujar Abdul.

Baca juga: RI kirim 16 jenis bantuan kemanusiaan penanganan banjir di Libya
 

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023