Kebakaran merupakan insiden yang dapat dicegah dan diminimalkan, salah satunya dengan meningkatkan kemampuan warga dalam menangani kebakaran.
Jakarta (ANTARA) - Garis polisi masih melilit dua bangunan yang hangus terbakar. Terlihat jelas betapa galaknya "si jago merah" saat melalap kedua bangunan yang dijadikan tempat usaha sekaligus tempat tinggal itu.

Dua bangunan itu terletak di jalan K.H. Hasyim Ashari, Gambir, Jakarta Pusat, itu terbakar pada 28 September sekitar pukul 14.00 WIB. Lalapan api itu jugalah yang menyebabkan dua orang penghuninya meninggal dunia.

Saksi mata kejadian, Iwan, menggambarkan suasana yang mencekam saat terjadi kebakaran bangunan yang dijadikan warung makan tegal (warteg) dan usaha fotokopi itu.

Suara kendaraan seketika hening ketika terdengar ledakan dari dalam bangunan. Suasana sekitar langsung mencekam, bahkan sang pemilik warung ketika keluar, sudah dalam keadaan terbakar di sekujur tubuhnya.

Iwan sempat menolong dengan menyiramkan air dari penampungan yang ada, namun ia tidak bisa berbuat banyak ketika diminta untuk menolong orang yang masih terjebak di dalam bangunan.

"Saya tidak bisa apa-apa karena api sudah membesar. Apalagi disertai suara ledakan," kata Iwan mengingat kejadian itu.

Iwan yang merupakan pengemudi ojek daring itu sering menunggu order di depan warteg, dan ketika terjadi kebakaran, ia sedang berada di lokasi.

Kebakaran terus berulang
Petugas damkar berupaya memadamkan api saat Kebakaran Pabrik di Penjaringan, Jakarta, Jumat (15/9/2023). ANTARA/Bayu Pratama S.


Kebakaran perumahan, bengkel, gedung, pabrik, dan lainnya di Jakarta, sepertinya sudah terjadi. Kebakaran memang tidak mengenal musim, bahkan musim hujan pun ada, apalagi ketika musim kemarau panjang seperti saat ini.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mendata dari awal tahun hingga akhir September 2023 telah terjadi 517 insiden kebakaran yang dilaporkan dan ditangani.

Sementara mengacu data dari Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta, kejadian kebakaran pada periode yang sama justru mencapai lebih dari 1.000 kasus.

Perbedaan data tersebut, karena BPBD hanya menghitung jumlah kebakaran yang menimbulkan korban, maupun pengungsi, sedangkan Damkar mendata semua kejadian kebakaran yang ditangani mereka.

Namun, beda data tersebut tidaklah perlu diperdebatkan karena keduanya memiliki dasar masing-masing. Yang pasti, data itu bisa menjadi rujukan dalam penanganan kebakaran agar tidak terus berulang.

Untuk itu, perlu adanya penanganan dalam memitigasi terjadinya kebakaran dengan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) terkait cara memadamkan api atau meminimalkan tanda-tanda kebakaran.

Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Aji menyebutkan frekuensi kebakaran di Jakarta dalam sehari bisa terjadi 2-4 kali, mulai dari skala kecil seperti kebakaran bengkel hingga skala besar yakni pabrik.

Dari maraknya kejadian kebakaran di DKI Jakarta, 74,7 persen disulut korsleting listrik, sedangkan sisanya dipicu kebocoran tabung gas, lilin, pembakaran sampah, puntung rokok, petasan, dan sebagainya.


Upaya pencegahan

BPBD DKI Jakarta bekerja sama dengan instansi terkait mengadakan operasi pemeriksaan dan pemantauan instalasi listrik di sejumlah kelurahan dengan angka kebakaran yang tinggi di Jakarta. Apalagi dari data yang ada, sebanyak 74,7 persen penyebab kebakaran di DKI Jakarta disulut dari korsleting listrik imbas dari penggunaan listrik ilegal atau menggunakan peranti yang tak sesuai standar.

BPBD mendata 10 kelurahan yang paling tinggi terjadi kebakaran yaitu Kelurahan Cengkareng Timur, Kapuk, Sunter Agung, Kalideres, Penjaringan, Pulo Gebang, Pejagalan, Tegal Alur, Pondok Bambu, dan Kelurahan Cilincing.

BPBD DKI Jakarta melakukan operasi dan pemantauan instalasi listrik untuk memastikan kabel listrik yang digunakan oleh warga sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), dan pemasangan tidak menyalahi aturan.

Itu semua dilakukan untuk memitigasi atau menekan kebakaran di permukiman terutama yang padat penduduknya.

BPBD melakukan pemeriksaan dan pemantauan instalasi listrik di kelurahan yang sering terjadi kebakaran. Pada tahap awal, telah dilakukan di Kelurahan Cengkareng Timur.

Langkah yang dilakukan BPBD DKI menjadi salah satu upaya konkret dalam meminimalkan kebakaran sehingga ke depannya kebakaran yang disebabkan korsleting listrik dapat dicegah.

Dinas Penanggulangan Kebakaran, dan Penyelamatan (Disgulkarmat) DKI Jakarta menyatakan bahwa kejadian kebakaran bisa diminimalkan ketika sumber daya manusia (SDM) yang ada mumpuni, baik di permukiman, gedung, maupun lainnya.

Kemampuan SDM dalam pencegahan kebakaran sangat diperlukan, agar dapat meminimalkan kerugian serta korban dari musibah kebakaran.

Kepala Bidang Operasi Disgulkarmat DKI Jakarta Suheri mengatakan penanganan kebakaran tidak harus semua diserahkan kepada petugas pemadam karena tidak semua daerah itu ada petugas.

Untuk itu, kemampuan SDM dalam bidang pencegahan kebakaran harus ditingkatkan. Ia mencontohkan ketika terjadi kebakaran di permukiman, seharusnya orang yang berada di lokasi seperti pamong lurah, warga, hansip, serta RT/RW harus memiliki kemampuan memadamkan api.
​​​​
Jadi, ketika terjadi kebakaran bisa langsung tertangani tanpa harus memanggil petugas sehingga kerugian yang diderita pun tidak akan sebesar ketika tidak dapat tertangani lebih cepat.

Selain kemampuan SDM, peralatan yang memadai serta berstandar SNI juga dapat meminimalkan terjadinya kebakaran.

Salah satu daerah di Jakarta, dari awal Januari hingga Juli 2023 terjadi 21 kebakaran, 11 dapat ditangani oleh masyarakat dengan alat yang ada, dan 10 lainnya tidak bisa, hal ini karena alat pemadam tidak sesuai SNI sehingga perlu adanya standar baku.

Kebakaran merupakan insiden yang dapat dicegah dan diminimalkan dampaknya, salah satunya dengan meningkatkan kemampuan warga dalam menangani kebakaran.

Kebakaran tentu datang tidak tiba-tiba, tetapi ada tanda-tanda yang menyertainya. Dengan mengetahui tanda lebih awal maka warga dapat mencegahnya.















 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023