Jakarta (ANTARA) -
Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) mengatakan perlu aksi lebih serius dan nyata dari pemerintah daerah untuk mengakselerasi penurunan stunting, apalagi jika ingin mengejar target penurunan sebesar 7,6 persen dalam 2 tahun ke depan secara nasional.
 
Untuk itu, Setwapres bersama kementerian dan lembaga terkait mengundang 14 provinsi dan 288 kabupaten/kota dengan angka stunting yang masih tinggi untuk mengikuti Rapat Koordinasi Teknis (Rakortek) di Jakarta.
 
"Kita berharap daerah-daerah ini dapat melipatgandakan aksi nyata agar akselerasi penurunan stunting tercapai dalam sisa waktu yang ada," kata Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Sekretariat Wakil Presiden Suprayoga Hadi di Jakarta, Kamis.

Suprayoga usai pembukaan Rakortek Percepatan Penurunan Stunting 2023 itu juga mengingatkan target nasional saat ini cukup berat sehingga tidak mungkin dilakukan dengan cara biasa. Perlu aksi nyata yang lebih masif dan komitmen yang lebih kuat dari para pimpinan daerah di semua level pemerintahan.

Baca juga: Kemenko PMK usulkan tambahan 5 provinsi prioritas penanganan stunting

Baca juga: Setwapres gelar Rakortek percepatan penurunan stunting
 
Pada kesempatan yang sama, Ketua Pelaksana Tim Percepatan Penurunan Stunting sekaligus Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hasto Wardoyo juga menyampaikan tanggapan senada.
 
Hasto mengatakan target penurunan 3,8 persen adalah angka yang tinggi mengingat selama empat tahun terakhir rata-rata penurunan stunting berkisar 2,3 persen per tahun.
 
“Maka semua unsur harus meningkatkan komitmen dan memperkuat aksi nyata. Di sinilah pentingnya Rapat Koordinasi Teknis (Rakortek) untuk meminta semua daerah yang datang memiliki terobosan yang tepat dalam penurunan stunting,” ujarnya.
 
Adapun program prioritas penurunan stunting digencarkan oleh pemerintah sejak 2018 dan telah berhasil menurunkan angka hingga 9,2 persen, yakni dari 30,8 persen pada 2018 menjadi 21,6 persen pada tahun 2022. Kinerja ini satu setengah kali lebih cepat dibandingkan laju penurunan stunting pada periode sebelumnya tahun 2013–2018.
 
Dengan penurunan angka prevalensi stunting sebesar itu, ada sebanyak 2,6 juta anak yang berhasil diselamatkan dalam empat tahun terakhir, yakni dari 7,3 juta anak stunting pada tahun 2018 menjadi 4,7 juta anak pada tahun 2022.*

Baca juga: BKKBN optimistis prevalensi stunting turun jadi 17,8 persen pada 2023

Baca juga: Kepala BKKBN: Aplikasi "Inzting" cegah stunting dari hulu ke hilir

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023