Kalkuta/New Delhi (ANTARA) - Banjir bandang akibat luapan danau glasier di Pegunungan Himalaya, India, telah merenggut nyawa sedikitnya 40 orang, kata pejabat setempat, Jumat.

Danau Lhonak di Negara Bagian Sikkim itu meluap pada Rabu setelah diterjang longsoran salju akibat hujan deras, dan luapannya membuat banjir besar di Sungai Teesta.

Pemerintah setempat mengatakan bencana tersebut telah mempengaruhi kehidupan 22.000 orang di Sikkim, negara bagian dengan panorama indah.

Kejadian itu muncul di tengah pengerjaan proyek sistem peringatan dini banjir glasier di Danau Lhonak, kata pejabat yang terlibat dalam proyek itu kepada Reuters.

Sistem itu diharapkan bisa memberi lebih banyak waktu bagi masyarakat untuk mengungsi jika terjadi bencana.

Pemerintah setempat sebelumnya mencatat 18 kematian pada Kamis malam.

Sedangkan pemerintah negara bagian tetangganya, Benggala Barat, mengatakan bahwa 22 jenazah lain telah terbawa arus ke sana.

Diperkirakan, 75 orang masih belum ditemukan.

Tseten Bhutia, seorang pejabat di negara bagian itu, mengatakan bahwa ketinggian air sudah surut di beberapa kawasan, tetapi Sikkim utara terputus total.

"Tim bantuan tidak dapat mencapai daerah terdampak di sana," katanya kepada Reuters lewat telepon.

Menurut dia, jaringan ponsel dan telepon tidak berfungsi, sedangkan sekitar 2.400 orang telah dievakuasi dan 7.600 orang berada di tempat-tempat pengungsian.

Kantor-kantor swasta dan pemerintah di Sikkim utara telah ditutup hingga 15 Oktober.

Banjir bandang telah menghanyutkan 15 jembatan di negara bagian itu, sehingga menghambat upaya penyelamatan.

Semua jembatan di daerah hilir pembangkit listrik tenaga air NHPC Teesta-V tenggelam atau hanyut, kata pemerintah India.

Di media sosial, foto dan video memperlihatkan jalan-jalan tertutup lumpur dan batu, banyak kendaraan terjebak, dan luapan air berlumpur mengalir di lereng bukit.

Militer India mengatakan mereka berencana mengevakuasi hampir 1.500 wisatawan dengan menggunakan helikopter saat cuaca membaik.

Perlengkapan militer, termasuk senjata dan bahan peledak, ikut terbawa arus Sungai Teesta, kata juru bicara Kementerian Pertahanan India di media sosial.

Sebuah mortir yang diambil orang di Benggala Barat meledak dan menewaskan seorang anak dan melukai enam orang, kata legislator Pradeep Kumar Barma seperti dikutip kantor berita ANI.

Departemen Meteorologi India mengatakan Sikkim menerima curah hujan sebanyak 101 mm dalam lima hari pertama Oktober, lebih dari dua kali lipat dari biasanya.

Hujan deras telah menimbulkan banjir yang lebih parah daripada banjir pada Oktober 1968 ketika 1.000 orang diperkirakan tewas.

Hujan lebat diperkirakan terjadi pada Jumat di sebagian wilayah tetapi intensitasnya kemungkinan akan berkurang, kata badan cuaca itu.

Sikkim, negara bagian kecil berpenduduk 650.000 jiwa dengan mayoritas penganut Buddha, terletak di pegunungan antara Nepal, Bhutan, dan China.

Wilayah itu tidak bisa diakses dari Siliguri di Benggala Barat karena jalan utama yang menghubungkannya dengan wilayah India lainnya, hancur.

Peristiwa pada Rabu itu menjadi bencana terburuk di Sikkim selama lebih dari 50 tahun.

Para ilmuwan menuding perubahan iklim sebagai penyebab bencana yang telah menimbulkan kerusakan di Pegunungan Himalaya Asia Selatan dalam beberapa tahun terakhir.

Sumber: Reuters

Baca juga: 14 orang tewas akibat meluapnya danau glasial Himalaya di India utara
Baca juga: Banjir bandang sapu negara bagian di India, 23 tentara hilang

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023