Beijing (ANTARA) - Mengoperasikan kereta yang melaju dengan kecepatan 350 kilometer per jam merupakan hal yang sebelumnya tak terbayangkan oleh Wawan Setiawan, seorang masinis kereta kargo yang memiliki pengalaman selama 10 tahun. 

Namun, Wawan kini akan menjadi salah satu masinis kereta cepat pertama di Indonesia dan, lebih luas lagi, di Asia Tenggara.

Pada 2020, ketika perusahaan patungan China-Indonesia yang bertugas membangun Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) mulai merekrut masinis kereta, Wawan pun bergegas mengajukan lamaran untuk posisi tersebut.

"Teknologi, pengoperasian, metode keselamatan, semua yang saya pelajari merupakan hal yang baru dan menarik," kata Wawan, yang telah menerima pelatihan dari para masinis kereta cepat China, sebagaimana diwartakan Xinhua pada Minggu.

Mu Zhen, mentor praktik yang membantu Wawan dalam mengoperasikan kereta cepat, merupakan masinis kereta China untuk KCJB, kereta yang menghubungkan ibu kota Jakarta dengan kota terbesar keempat di Indonesia, Bandung.

Saat menggunakan simulator pengoperasian kereta cepat, Mu menyarankan kepada Wawan untuk relaks saat tangan kanan masinis Indonesia itu menggenggam erat handel pengatur kecepatan. 

"Ketegangan bisa menyebabkan kesalahan dalam pengoperasian karena handel ini memiliki sensitivitas yang tinggi," demikian Mu menjelaskan alasannya dan membimbing Wawan untuk mencoba lagi.

"Saya bersemangat untuk membimbing para masinis kereta Indonesia dan dengan senang hati membagikan keterampilan saya tanpa syarat. Saya belajar bahasa Indonesia untuk mengatasi kendala bahasa," kata Mu.

Mu tiba di Indonesia pada Oktober lalu dan telah mempersiapkan pengoperasian jalur kereta tersebut.

"Jalur KCJB dibangun dengan standar dan teknologi China, sehingga mengoperasikan kereta cepat di sini terasa sama seperti di China," tutur Mu.

Jalur KCJB sepanjang 142 kilometer, proyek penting di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra yang diusulkan China, mempersingkat perjalanan antara kedua kota dari tiga jam lebih menjadi sekitar 40 menit.

"Pembangunan kereta cepat akan mendorong perekonomian yang lebih besar karena akan mendukung mobilitas yang lebih cepat," kata Wawan, sembari menambahkan bahwa dirinya berharap jalur kereta cepat dapat diperpanjang hingga Surabaya, kota dan pelabuhan terbesar kedua di Indonesia.

"Saya belajar dengan giat dan melakukan yang terbaik agar dapat menjadi salah satu masinis kereta cepat pertama di Indonesia dan Asia Tenggara," kata Wawan.

"Jika hidup ini ibarat kereta yang berjalan di atas rel, maka hidup saya menjadi serba cepat, super cepat, super seru, dan penuh harapan," ujarnya.

China telah membangun jalur kereta, pelabuhan, dan infrastruktur lainnya bersama negara-negara peserta pembangunan bersama Sabuk dan Jalur Sutra yang telah membantu meningkatkan konektivitas regional serta menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat.

Jalur Kereta China-Laos seksi Laos, yang diluncurkan pada Desember 2021, telah menciptakan lebih dari 110.000 lapangan pekerjaan. Sida Phengphongsawanh (24) adalah salah satunya.

Sida menjadi inspektur kereta di Pusat Manajemen Operasi Jalur Kereta China-Laos di Vientiane pada 2021 setelah mempelajari automasi kelistrikan di China selama empat tahun dan menerima pelatihan bahasa Mandarin serta pengetahuan tentang perkeretaapian di Institut Konfusius di Laos.

"Para mentor di sini sangat sabar sejak saya magang. Karena itu adalah kali pertama bagi kami mengoperasikan kereta yang sebenarnya, semuanya baru bagi kami, dan mereka mengajari kami langkah demi langkah dengan sabar," ujarnya.

Wen Bin (58), mentor Sida yang berasal dari China, telah bekerja di Laos sejak Oktober 2011. Wen mengatakan bahwa personel China akan memastikan semua staf lokal seperti Sida dapat bekerja secara independen meski rekan-rekan China mereka telah kembali ke negaranya.

"Kami merekrut personel lokal baru. Tidak banyak yang bisa berbahasa Mandarin, jadi saya berharap Sida dan rekan-rekannya dapat memikul tanggung jawab untuk melatih generasi baru dengan menggunakan bahasa mereka sendiri," kata Wen.

Di Afrika Timur, Anketsebrhan Girma (28), telah lama bermimpi menjadi pionir masinis kereta modern di negaranya, Ethiopia. Girma dapat mewujudkan mimpinya dengan bertahan melalui persaingan yang ketat hingga dapat bergabung dengan Ethiopia-Djibouti Standard Gauge Railway Share Company pada 2018 setelah lulus dari universitas, dan akhirnya menjadi masinis wanita pertama untuk kereta listrik di Ethiopia.

Kini, Girma menjadi asisten masinis kereta di Jalur Kereta Ethiopia-Djibouti, yang menghubungkan Addis Ababa, ibu kota Ethiopia, dengan pelabuhan Laut Merah Djibouti.
 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023