Jalur kereta ini seperti tulang punggung negara kami
Beijing (ANTARA) - Sejak Juli, Girma dan 27 rekannya telah menjalani program pelatihan selama enam bulan di Kota Zhengzhou, China tengah. Mereka menjadi peserta pelatihan angkatan kedua dari Ethiopia yang belajar di Sekolah Kejuruan dan Teknik Perkeretaapian Zhengzhou.

Angkatan pertama yang terdiri dari 34 orang peserta telah sepenuhnya menguasai keterampilan mengemudi, memantau, memeriksa, dan memelihara kereta listrik setelah menjalani delapan bulan pelatihan praktik pada 2020, dan kini telah mampu mengemudikan kereta listrik secara mandiri. Setelah pulang ke negaranya, mereka dengan cepat menjadi tulang punggung Jalur Kereta Ethiopia-Djibouti.

Salah satu dari 34 peserta pelatihan itu, Dejen Gezu, kini bertugas mengemudikan kereta dan melatih rekan-rekan mudanya. "Saya tahu semua yang sedang di China untuk menerima pelatihan tersebut, khususnya Anketsebirhan Girma, satu-satunya masinis kereta perempuan yang kami miliki," tuturnya.

"Saya bermimpi bisa mengemudikan kereta secara mandiri seperti Gezu setelah belajar di China," ujar Girma, sebagaimana diwartakan Xinhua pada Minggu.
 
   


Abdi Zenebe, CEO Ethiopia-Djibouti Standard Gauge Railway Share Company, mengatakan bahwa selama pembangunan dan pengoperasian Jalur Kereta Ethiopia-Djibouti, para pakar China telah melatih sekitar 3.000 tenaga profesional lokal tentang teknik perkeretaapian.

"Filosofi dan prinsip sekolah tinggi China kami sejalan dengan nilai-nilai China ... Idenya bukanlah memberi seseorang ikan, melainkan mengajari cara memancing," ujar Zenebe, mengacu pada pepatah China kuno.

China telah terlibat dalam pembangunan lebih dari 6.000 kilometer jalur kereta, 6.000 kilometer jalan raya, serta lebih dari 80 fasilitas pembangkit listrik besar di Afrika selama satu dekade terakhir, menurut data resmi.

Jalur Kereta Sepur Standar (Standard Gauge Railway/SGR) Ethiopia-Djibouti sepanjang 752 kilometer, yang diluncurkan pada Oktober 2016, merupakan jalur kereta listrik lintas perbatasan pertama di Afrika. Jalur kereta itu memangkas waktu pengangkutan barang dari tiga hari lebih menjadi kurang dari 20 jam serta mengurangi biaya setidaknya sepertiga, sehingga memfasilitasi impor dan ekspor negara yang terkurung daratan tersebut secara signifikan.

"Mengingat Ethiopia tidak memiliki laut atau pelabuhan, pengiriman barang ke dan dari Djibouti dilakukan melalui jalur darat dan sebelumnya memakan waktu beberapa hari. Jalur Kereta Ethiopia-Djibouti telah banyak memangkas waktu dan biaya. Jalur kereta ini seperti tulang punggung negara kami," ungkap Girma.

Di negara tetangganya, Kenya, SGR Mombasa-Nairobi sepanjang 480 kilometer, yang diluncurkan pada pertengahan 2017, menghubungkan ibu kota negara itu dengan pelabuhan di bagian timur. Jalur kereta tersebut memangkas waktu perjalanan hingga separuhnya, dari rata-rata 10 jam menggunakan jalur kereta lama selebar 1 meter yang telah berusia seabad menjadi sekitar lima jam, sehingga meningkatkan pergerakan masyarakat maupun kargo.

Lawrence Pius Murithi, seorang penyelia di departemen sarana perkeretaapian Jalur Kereta Mombasa-Nairobi, bangga memiliki karier berharga yang luput dari perhatian sebagian besar rekan-rekannya.

"Saya beruntung terpilih bergabung dengan SGR untuk pemeliharaan kereta penumpang," kata lulusan teknik mesin berusia 32 tahun itu. Lebih lanjut dia mengatakan telah mengasah keterampilan teknis dan manajerialnya selama enam tahun terakhir sejak bergabung dengan sejumlah kaum muda setempat yang bekerja di bidang perkeretaapian.

Kondisi keuangannya membaik berkat gaji bulanan yang layak, sehingga memungkinkan dia membeli tanah di desa asalnya dan menjalankan bisnis peternakan sebagai pekerjaan sampingan.

"Bekerja di SGR telah meningkatkan status kehidupan saya, dan saya berharap dapat melanjutkan pendidikan saya untuk menduduki posisi manajemen level tinggi di perusahaan," tuturnya.

Jalur kereta itu menghubungkan ibu kota Laos, Vientiane, dan Provinsi Yunnan di China barat daya, dengan kecepatan yang dirancang mencapai 160 kilometer per jam untuk bagian Laos.

Di Laos, satu-satunya negara yang terkurung daratan di Asia Tenggara, Jalur Kereta China-Laos sepanjang 1.035 kilometer telah membantu negara tersebut menjadi pusat transportasi di Semenanjung Indo-China

"Teman-teman di kampung halaman saya mengatakan bahwa perjalanan menjadi nyaman. Dulunya dibutuhkan waktu tempuh 10 jam dari kampung halaman saya ke Vientiane, tetapi kini hanya dibutuhkan waktu tiga jam dengan jalur kereta tersebut," ujar Sida, inspektur kereta.

Sebanyak 152 negara dan 32 organisasi internasional telah menandatangani dokumen kerja sama dengan China di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra, yang diusulkan pada 2013.

Selama satu dekade terakhir, lebih dari 421.000 lapangan pekerjaan lokal diciptakan secara global melalui kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra. Menurut laporan Bank Dunia, proyek-proyek Sabuk dan Jalur Sutra dapat membantu mengangkat 7,6 juta orang keluar dari kemiskinan ekstrem dan 32 juta orang dari kemiskinan moderat di seluruh dunia per 2030 mendatang

"(Inisiatif) Sabuk dan Jalur Sutra merupakan sebuah inisiatif yang hebat," kata Sida, "dan menurut saya, Jalur Kereta China-Laos hanyalah sebuah titik awal (di kawasan ini). Jalur itu akan menghubungkan lebih banyak negara di masa depan, sehingga memungkinkan kita untuk bepergian ke luar negeri dengan lebih mudah."


 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023