Pada diskusi antarnegara tersebut, negara non-ASEAN seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia bergabung untuk mengamati diskusi tersebut
Makassar (ANTARA) - Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan dalam Forum Tingkat Tinggi ASEAN tentang Pembangunan Inklusif Disabilitas dan Kemitraan Pasca Tahun 2025 (AHLF), negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) berdiskusi untuk membahas penanganan penyandang disabilitas yang lebih baik dan manusiawi.

Mensos Risma di Makassar, Selasa, mengatakan pada diskusi antarnegara tersebut, negara non-ASEAN seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia bergabung untuk mengamati diskusi tersebut.

Baca juga: Penasihat Hak Disabilitas Amerika apresiasi penerapan kota inklusif  "Ini penting karena disabilitas seperti semua sudah coba lakukan di beberapa negara di ASEAN, untuk bagaimana penanganan disabilitas ini lebih manusiawi dan lebih baik, dan lebih baik terus. Mulai dari anak-anak sampai orang tua," ujar Mensos Risma.

Mensos mengatakan penyandang disabilitas bukan hanya isu di ASEAN, tetapi juga menjadi isu dunia karena jumlah penyandang disabilitas cukup besar. Di ASEAN, ada sekitar 62 juta penyandang disabilitas. Sedangkan, di Indonesia, ada sekitar 22,9 juta jiwa.

Diskusi dalam forum tersebut diharapkan akan membuahkan hasil sejumlah rekomendasi untuk implementasi penanganan kesejahteraan penyandang disabilitas melalui Rekomendasi Makassar tentang Pembangunan Inklusif Disabilitas & Kemitraan.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi VIII RI Ashabul Kahfi mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan Kemensos dalam penyelenggaraan AHLF. Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, pemerintah didorong menjalin kerja sama dengan banyak pihak agar bisa memberikan pelayanan yang lebih baik lagi bagi penyandang disabilitas.

Pelayanan ini sangat penting agar penyandang disabilitas bisa mandiri sekaligus untuk mengangkat harga dan martabat penyandang disabilitas. “Kemensos, selama ini, sangat memperhatikan hak-hak penyandang disabilitas. Dari anggaran sekitar Rp80 triliun, sebagian digunakan untuk memberdayakan penyandang disabilitas,” katanya.

Baca juga: Mensos paparkan perlindungan sosial disabilitas di forum AHLF 2023

Pemenuhan hak disabilitas juga merupakan upaya mewujudkan desain pembangunan manusia Indonesia dimana tidak ada satupun yang tertinggal, termasuk disabilitas. Pernyataan ini disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Nunung Nuryartono.

Menurutnya, Kementerian Sosial RI selama ini sudah merancang banyak program agar penyandang disabilitas bisa keluar dari kemiskinan ekstrem. “Presiden mencanangkan agar 2024 tidak ada lagi kemiskinan ekstrem. Itu menjadi target kita bersama,” ujar Nunung.

Penasihat Khusus Hak Disabilitas Internasional Amerika Serikat (AS) Sara Minkara mengatakan forum tingkat tinggi penyandang disabilitas ASEAN tersebut tentunya meningkatkan perspektif tentang isu disabilitas, baik dari segi keamanan maupun fasilitas penunjang bagi kelompok disabilitas.

“Dan tadi saya sudah bicara kita harus mengeliminasi tindak diskriminasi pada kelompok disabilitas karena masyarakat kita belum inklusif pada disabilitas. Jadi bagaimana kita harus menghancurkan batasan itu dengan semakin memperbanyak akses bagi kelompok disabilitas agar mereka bisa mengembangkan nilai-nilai di dalam diri mereka. Bisa di bagian AI, edukasi, transportasi, ekonomi, dan sebagainya. Kita harus terus berinovasi,” kata dia.

 

Terakhir, Ketua Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia Norman Yulian, pada kesempatan yang sama, mengapresiasi keseriusan pemerintah, terutama Kemensos dalam mewujudkan Indonesia yang inklusi dan ramah disabilitas.

Pemerintah juga sudah berupaya dengan berbagai cara agar terbentuk Indonesia yang inklusi, termasuk bagi penyandang disabilitas, baik di sektor pendidikan, maupun ketenagakerjaan. “Harapan kami, melalui AHLF ini bisa dirancang master plan penangangan disabilitas untuk kawasan ASEAN,” kata Norman.


Baca juga: Mensos: Kemajuan inklusi disabilitas di ASEAN masih hadapi tantangan

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023