JAKARTA (ANTARA) - Herbisida adalah jenis pestisida yang paling banyak digunakan di seluruh dunia, namun, paparan dua herbisida paling populer ditengarai menyebabkan fungsi otak yang memburuk di kalangan remaja.

Kegunaan herbisida umumnya diaplikasikan pada bidang pertanian, rumah tangga, dan industri. Temuan mengenai dampak herbisida terungkap dalam sebuah penelitian yang dipimpin oleh para peneliti di Sekolah Kesehatan Masyarakat Herbert Wertheim di Universitas California San Diego, seperti disiarkan Medical Xpress, Rabu.

Dalam jurnal kesehatan Environmental Health Perspectives edisi online tanggal 11 Oktober 2023, para peneliti melaporkan pengukuran konsentrasi metabolit dari dua herbisida yang umum digunakan, yaitu glifosat dan asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4D), serta DEET pengusir serangga dalam sampel urin yang dikumpulkan dari 519 remaja, berusia 11 hingga 17 tahun, yang tinggal di daerah pertanian Pedro Moncayo, Ekuador pada 2016.

Baca juga: Teh hijau juga bisa tingkatkan kerja otak

Para peneliti juga menilai kinerja neurobehavioral dalam lima bidang: perhatian dan kontrol penghambatan, memori dan pembelajaran, bahasa, pemrosesan visuospasial, dan persepsi sosial.

“Banyak penyakit kronis dan gangguan kesehatan mental pada remaja dan dewasa muda telah meningkat selama dua dekade terakhir di seluruh dunia, dan paparan kontaminan neurotoksik di lingkungan dapat menjelaskan sebagian dari peningkatan ini,” kata penulis senior Jose Ricardo Suarez, M.D., Ph.D. D., M.P.H., profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Herbert Wertheim.

Menurut penulis pertama Briana Chronister, kandidat doktor di Program Doktoral Gabungan UC San Diego- Universitas Negeri San Diego, ada banyak penggunaan herbisida dan insektisida dalam industri pertanian, baik di negara maju maupun berkembang di seluruh dunia, sehingga meningkatkan potensi paparan terhadap anak-anak dan orang dewasa, terutama jika mereka tinggal di wilayah pertanian.

Penelitian sebelumnya telah mengaitkan paparan beberapa insektisida yang paling sering digunakan dengan perubahan kinerja neurokognitif, sementara insektisida lain juga dapat memengaruhi suasana hati dan perkembangan otak.

Baca juga: Alasan hipertensi dan diabetes bisa turunkan fungsi otak

Saat ini, 20 persen remaja dan 26 persen dewasa muda memiliki kondisi kesehatan mental yang dapat didiagnosis seperti kecemasan, depresi, impulsif, agresi, atau gangguan belajar.

Para penulis melaporkan bahwa 2,4D dikaitkan secara negatif dengan kinerja di kelima bidang neurobehavioral, namun, hubungan yang signifikan secara statistik diamati dengan perhatian dan kontrol penghambatan, memori dan pembelajaran, serta bahasa. Glifosat hanya memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan persepsi sosial, sebuah tes yang mengukur kemampuan mengenali emosi, sedangkan metabolit DEET tidak dikaitkan dengan perubahan neurobehavioral.

“Ratusan bahan kimia baru dilepaskan ke pasar setiap tahunnya, dan lebih dari 80.000 bahan kimia terdaftar untuk digunakan saat ini,” sesal Profesor Suarez.

Studi itu merupakan penelitian dalam ESPINA: The Study of Secondary Exposures to Pesticides Among Children and Adolescents, yang merupakan studi kohort prospektif. ESPINA bertujuan untuk memahami pengaruh paparan pestisida terhadap perkembangan manusia sejak masa kanak-kanak hingga dewasa.

Baca juga: IDAI: Orang tua perlu perhatikan kesehatan mental anak dan remaja

Baca juga: Jaga gaya hidup sehat, remaja biasakan baca label kemasan

Baca juga: Waspadai perubahan perilaku indikasi masalah mental pada remaja


Penerjemah: Siti Zulaikha
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023