Barcelona (ANTARA) - Spanyol akan terus menjadi "mesin" bagi perekonomian zona euro pada 2024 berkat dampak pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut tahun ini.

Namun, masa depan jangka panjang negara itu lebih tidak pasti, demikian disampaikan oleh Sergi Basco, lektor kepala bidang ekonomi di Universitas Barcelona, kepada Xinhua dalam sebuah sesi wawancara pada Selasa (10/10).

Pada hari yang sama, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian Spanyol akan tumbuh 1,7 persen tahun depan.

Bulan lalu, Komisi Eropa memproyeksikan pertumbuhan akan mencapai 2,2 persen pada 2023, tiga persepuluh poin lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya pada Mei, serta lebih dari dua kali lipat dari proyeksi untuk zona euro secara keseluruhan yang berada di angka 0,8 persen.

Pertumbuhan yang lebih cepat dari perkiraan pada tahun ini sebagian besar disebabkan oleh kembalinya wisatawan asing.

Pada Agustus, di puncak musim liburan, Spanyol dikunjungi 10,1 juta wisatawan asing, 13,9 persen lebih banyak dibandingkan angka yang tercatat di bulan yang sama pada 2022, menurut data pemerintah.

"Jika kita menilik pertumbuhan dari segi permintaan domestik, yakni tingkat konsumsi masyarakat, dan permintaan eksternal, yaitu jasa yang dibeli oleh pelancong dari luar negeri, maka kita dapat melihat bahwa sebagian besar pertumbuhannya dipicu oleh pariwisata, yang kembali ke level sebelum pandemi," papar Basco.

Namun, profesor itu memperingatkan bahwa Spanyol harus lebih mengandalkan belanja domestik untuk terus tumbuh tahun depan, yang dibuat tidak pasti oleh sejumlah aspek seperti suku bunga yang masih tetap tinggi, meningkatnya pembayaran hipotek, dan mahalnya kredit

"Agar pertumbuhan dapat terus berlanjut, kunjungan wisatawan harus semakin meningkat, tetapi tampaknya kita sudah mencapai batas maksimum sehingga tahun depan permintaan eksternal tidak akan tumbuh sebanyak itu, dan selain itu, tahun depan efek rebound dari pandemi akan berakhir," ujarnya.

Meskipun IMF memproyeksikan bahwa tahun depan pertumbuhan Spanyol akan terus berlanjut meski lebih moderat, organisasi itu memperkirakan angka pertumbuhan masih akan jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara tetangganya di Eropa, seperti Jerman (0,9 persen) dan Prancis (1,3 persen).

Namun, Basco juga memperingatkan agar tidak terlalu mengandalkan proyeksi ekonomi, terutama jika tidak mempertimbangkan konteks.

"Pada akhirnya, proyeksi menimbulkan optimisme atau pesimisme, dan itu bergantung pada kepentingan pihak pembuat proyeksi tersebut, apakah pemerintah atau bank, mereka ingin membangkitkan optimisme agar masyarakat menggunakan uangnya atau sebaliknya jika masyarakat melihat proyeksi negatif," ujarnya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2023