Beijing, (ANTARA/PRNewswire)- Petinju Syria Ahmad Ghousoon meraih medali perunggu setelah bertarung sengit dalam kelas 80 kg pria pada 4 Oktober lalu. Medali ini merupakan satu-satunya medali yang dimenangkan Syria di Asian Games Ke-19 di Hangzhou.

Akibat konflik dan blokade ekonomi yang dialami negaranya, sejumlah kendala seperti fasilitas latihan yang kurang memadai harus menjadi kenyataan yang dihadapi atlet Syria pada dekade lalu. Namun, Ghousoon dan atlet Syria lainnya tidak pernah meninggalkan impiannya untuk bersaing di Asian Games. 

"Saya sudah tiga kali mengunjungi Tiongkok. Ketika menelusuri jalanan, banyak orang menyapa saya. Saat membutuhkan bantuan, banyak orang membantu kami. Kunjungan ke Tiongkok seperti pulang ke kampung halaman," ujarnya kepada China Media Group.

Olahraga mempererat tali persahabatan

Asian Games Ke-19, ditutup pada 8 Oktober lalu, menjadi panggung kompetisi sekaligus mempererat tali persahabatan dan persatuan antara berbagai orang dari wilayah yang berbeda-beda.

Setelah memenangkan medali emas dalam babak Final cabang olahraga Kurash pada kategori wanita kelas 87 kg, tangis atlet Tiongkok Liu Yi pun pecah. Dia sempat berkutat dengan cedera dan berhadapan dengan tekanan berat untuk menjuarai kompetisi tersebut.

Melihat tangis Liu, pesaingnya asal Iran Zahra Bagheri mencium pipinya agar Liu tenang, lalu kedua atlet ini berpelukan dan tersenyum.

"Saya berjuang keras hari ini. Dia adalah sahabat baik saya, dan saya sangat menaruh rasa hormat kepada dirinya," jelas Bagheri seusai bertanding. "Saya mengucapkan selamat kepada Liu, dan saya ingin bertemu kembali dengan Liu dalam pertandingan dan kompetisi lain."

Selain itu, atlet lompat galah Ernest John Obiena sempat menemui kendala logistik setelah delegasi Filipina tiba di Hangzhou menjelang pembukaan Asian Games. Hussain Al-Hizam asal Arab Saudi pun mengajak Obiena tinggal di fasilitas atlet Arab Saudi dan memakai sarana latihan bersama-sama.

Membangun komunitas Asia dengan masa depan bersama

Acting Director General, Olympic Council of Asia's (OCA), Vinod Kumar Tiwari, memuji Asian Games yang digelar di Hangzhou pada Minggu lalu.

"Secara teknis, kita telah menggelar salah satu Asian Games terbaik sepanjang sejarah. Standar Asian Games kali ini amat sangat tinggi. Kami gembira menyaksikannya."

Ghazal Khalaj, Kapten Tim kabaddi Iran, juga memuji pengelolaan Asian Games Hangzhou, khususnya akses fasilitas, obat-obatan, dan layanan medis.

Sejak ajang ini dibuka, Media Village dan hotel resmi telah menerima hampir 300 surat berisi ucapan terima kasih dari tamu-tamu asal Jepang, Republik Korea, Filipina, Indonesia, serta negara dan wilayah lain. Tenaga relawan yang berjumlah 37.600 orang turut mendapat pujian atas ketulusan dan keramahtamahan mereka.

"Kita harus memanfaatkan olahraga untuk meningkatkan persatuan, menangkap peluang historis, dan bekerja sama menjawab tantangan. Kita harus menjunjung moto 'Ever Onward', menghadirkan prospek yang lebih luas bagi langkah Asia menuju pembangunan bersama, keterbukaan, serta integrasi," kata Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam jamuan yang membuka Asian Games Hangzhou pada September lalu.

Dengan memanfaatkan olahraga sebagai pemersatu, Asian Games Hangzhou berperan sebagai sarana pertukaran budaya dan platform yang meningkatkan sikap saling memahami antara berbagai peradaban. Asian Games tahun ini tidak hanya diikuti seluruh anggota OCA yang berjumlah 45, namun juga menggelar pertandingan olahraga terbanyak dalam sejarah, termasuk atletik, renang, dan cabang olahraga utama lain dalam Olimpiade, serta wushu, sepak takraw, kriket, Kurash, dan ajang khusus lain yang mencerminkan budaya olahraga di wilayah yang berbeda. 

"Olahraga adalah sarana. Kita harus mewujudkan Asia sebagai salah satu benua terkuat di dunia. Kita harus bersatu…Lewat olahraga, kita tampil lebih kuat sebagai negara-negara Asia," ujar Raja Sapta Oktohari, Ketua Komite Olimpiade Indonesia, kepada CGTN.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023