Purwokerto (ANTARA) - Melodi musik jaz itu terdengar dari bumi perkemahan yang berada di kawasan hutan sisi selatan Gunung Slamet yang masuk wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, pada Sabtu (14/10) siang hingga malam hari.

Sederet musisi jaz papan atas, seperti Marcell Siahaan, Tohpati, dan Sandhy Sondoro, tampil dalam pergelaran bertajuk QRIS Jazz Gunung Slamet yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto berkolaborasi dengan Jazz Gunung dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, Banyumas, itu.

Selain itu, dalam gelaran Jazz Gunung Slamet yang digelar untuk pertama kalinya dan yang ketiga dalam Jazz Gunung Series, setelah Jazz Gunung Bromo dan Jazz Gunung Ijen tersebut juga ada penampilan maestro lengger Banyumas, Rianto, yang menari lengger dengan iringan musik jaz yang dimainkan oleh grup asal Purwokerto, Jagarta.

Tidak hanya itu, parade batik yang dibawakan oleh Omah Karnaval, usai penampilan lengger Rianto pun, turut memeriahkan QRIS Jazz Gunung Slamet. Berbagai desain batik yang ditampilkan itu sebagai bagian dari upaya KPw BI Purwokerto untuk mengangkat potensi batik khas Banyumas.

Sementara pada puncak QRIS Jazz Gunung Slamet, penampilan para musisi jaz papan atas mampu menghangatkan sejuknya udara malam di Bumi Perkemahan Wanawisata Palawi Baturraden itu.

Dalam pergelaran itu, Marcell Siahaan mengawali penampilannya dengan membawakan lagu "Mau Dibawa Kemana" dengan sentuhan jaz yang disusul beberapa lagu lainnya. Usai menghipnosis sekitar 1.000 pengunjung di tempat itu, Marcell mengakhiri penampilannya dengan lagu "Firasat".

Pergelaran QRIS Jazz Gunung Slamet itu diakhiri dengan penampilan Tohpati. Maestro gitar itu pun membawakan lagu "Mahabarata" sebagai pembuka.

Usai menyanyikan lagu "Layang-Layang", Tohpati mengajak Sandhy Sondoro untuk berduet bersamanya dan langsung membawakan lagu "Anak Jalanan". Penampilan mereka diakhiri dengan lagu "Mawar Biru" milik Sandhy Sondoro.

Selama pertunjukan musik tersebut berlangsung, para pengisi acara dapat berinteraksi secara langsung dengan penonton, sehingga suasana menjadi sangat intim, sesuai dengan konsep intimate.


Naik kelas

Pergelaran QRIS Jazz Gunung Slamet yang diselenggarakan oleh KPw BI Purwokerto itu bukan semata-mata untuk menyuguhkan hiburan musik, tapi juga sebagai ajang untuk meningkatkan akseptasi digital masyarakat Banyumas melalui penggunaan metode transaksi nontunai QRIS serta meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kebijakan Bl dalam ekonomi dan keuangan syariah.

Bagi KPw BI Purwokerto, pergelaran QRIS Jazz Gunung Slamet merupakan bagian dari kegiatan Baturraden Creative Festival (BCF) yang diselenggarakan pada 14-15 Oktober, sehingga pada hari kedua, Minggu (15/10), diisi dengan Pengajian Akbar dan Festival Marawis.

Dalam hal ini, penyelenggaraan QRIS Jazz Gunung Slamet terinspirasi oleh pergelaran Dieng Culture Festival (DCF) yang setiap tahun digelar di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, yang salah satu acaranya berupa QRIS Jazz di Atas Awan.

Pergelaran DCF yang memadukan seni dan budaya itu mampu menyedot ribuan wisatawan untuk datang berkunjung ke Dieng setiap kali agenda wisata yang telah masuk Kharisma Event Nusantara tersebut digelar.

Oleh karena itu, KPw BI Purwokerto menggandeng Jazz Gunung untuk mengadakan kegiatan seni budaya di Banyumas yang dapat menarik minat wisatawan serta bisa memberikan efek bola salju (snowball) terhadap perkembangan ekonomi kreatif, akomodasi, dan sebagainya.

KPw BI Purwokerto mencoba membangun mimpi dengan sinergi untuk memberdayakan ekonomi, sehingga hasilnya bisa menjadi legacy, sekaligus mengangkat agar Banyumas dan Baturraden-nya ini "naik kelas".

Selain bekerja sama dengan Jazz Gunung, KPw BI Purwokerto juga melibatkan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Kemutug Lor sebagai upaya pemberdayaan masyarakat serta transfer ilmu dan pengalaman dari Tim Jazz Gunung yang dinilai sudah ahli dalam penyelenggara kegiatan berskala besar.

Jazz Gunung Series mencatat pelibatan Pokdarwis Desa Kemutug Lor dalam penyelenggaraan Jazz Gunung Slamet sama seperti saat Jazz Gunung menyelenggarakan pergelaran musik jaz di Gunung Slamet.

Dalam hal ini, mengajarkan kepada komunitas lokal di Bromo (Jawa Timur) tentang penyelenggaraan kegiatan Jazz Gunung Bromo dan baru bisa didelegasikan kepada mereka setelah tujuh tahun.

Banyumas memiliki potensi yang luar biasa, sehingga mendorong agar akselerasinya lebih cepat dalam mewujudkan Banyumas menjadi tujuan wisata yang tidak kalah dari daerah lain.

Demikian pula dengan salah seorang penggagas Jazz Gunung, Sigit Pramono yang mengatakan bahwa penyelenggaraan pergelaran Jazz Gunung Bromo yang pertama kali digelar 14 tahun silam bukan semata-mata untuk mengembangkan musik tersebut.

Pergelaran tersebut juga ditujukan untuk membangun dan mengembangkan objek wisata serta mengangkat ekonomi kreatif secara umum> Pengelola pergelaran ini bisa berkolaborasi dengan Bank Indonesia dalam penyelenggaraan QRIS Jazz Gunung Slamet guna mengangkat ekonomi kreatif seantero Banyumas.


Kunjungan wisatawan

QRIS Jazz Gunung Slamet yang digelar pada Sabtu (14/10) itu pun diyakini mampu meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kawasan Wisata Baturraden. Hal itu terlihat dari jumlah wisatawan yang menginap di sejumlah hotel, khususnya yang berada di Kawasan Wisata Baturraden dan Purwokerto.

Data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Banyumas, jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel yang berada di Baturraden dan Purwokerto mengalami peningkatan seiring dengan adanya pergelaran QRIS Jazz Gunung Slamet.

Dalam beberapa waktu terakhir, setiap akhir pekan memang sudah ada peningkatan, namun untuk akhir pekan ada peningkatan dibanding biasanya, terutama hotel-hotel bintang.

Manajemen objek wisata di Banyumas mengatakan konser musik yang digarap secara profesional dengan menghadirkan penyanyi nasional itu berdampak positif bagi objek wisata di Baturraden, khususnya Wanawisata Palawi Baturraden yang dikelola anak perusahaan Perum Perhutani.

Dalam hal ini, dampak positif tersebut berupa peningkatan tren pencarian melalui internet dan ke depan diprediksi akan berimbas pada peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata itu.

Venue di objek wisata di Baturraden itu sangat eksentrik dan berada di hutan yang bisa dipertahankan, tetapi tidak mengurangi kebutuhan-kebutuhan kegiatan, seperti jalur kedatangan artis maupun tamu undangan VIP sudah beraspal.

Karena itu kalau ajang tersebut dilaksanakan rutin setiap tahun, kemudian dengan kalender yang pasti, misalnya setiap bulan Oktober, dua, tiga, empat kali, pasti akan memberikan efek dan meningkatkan nilai jual pariwisata di Baturraden secara umum.

Kesuksesan suatu kegiatan tidak bisa langsung dilihat dalam satu-dua kali penyelenggaraan, namun baru akan terlihat setelah beberapa tahun, seperti halnya Jazz Gunung Bromo dan Dieng Culture Festival.

Oleh karena itu, penyelenggaraan Jazz Gunung Slamet secara rutin dan kontinyu dengan jadwal yang pasti menjadi kunci dari kesuksesan pergelaran musik jaz tersebut.

Dengan adanya jadwal yang pasti, wisatawan, khususnya pecinta musik jaz, akan merancang kunjungan wisatanya ke Banyumas setiap kali ada pergelaran Jazz Gunung Slamet.

Demikian pula dengan biro perjalanan wisata dapat menawarkan paket wisata ke Banyumas yang tidak hanya menawarkan berbagai objek wisata, juga pergelaran Jazz Gunung Slamet sebagai salah satu objek yang dituju.

Dengan demikian, efek ganda dari pergelaran musik jazz itu akan semakin dirasakan dampak positifnya bagi para pelaku wisata dan ekonomi kreatif di Banyumas. 

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023