Banjarbaru (ANTARA) - Tim Universitas Lambung Mangkurat (ULM) melakukan transplantasi lumut guna monitoring kualitas udara di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel), sekaligus sebagai upaya pembersih polusi udara dengan menyerap logam berat.

Ketua tim ULM Sasi Gendro Sari di Banjarbaru, Selasa, mengatakan penelitian itu bertujuan mengkaji potensi lumut yang teridentifikasi di Banjarbaru yaitu Barbula javanica, Philonotis hastata, dan Acroporium secundum, sebagai agen biomonitor pencemaran udara dan mengevaluasi perubahan konsentrasi logam berat berupa Al, Fe, dan Mn, di beberapa zona arus lalu lintas.

Sasi menjelaskan bryophyta (lumut) memiliki kemampuan sebagai agen biomonitor kualitas udara, terutama konsentrasi logam berat dalam udara.

Karena habitat lumut yang beragam dan struktur tubuh yang sederhana, lumut mendapatkan nutrisi langsung dari zat yang dilarutkan oleh kelembaban di sekitarnya dan bahkan beberapa zat dapat diserap langsung dari substrat melalui difusi dalam sel gametofit.

Adapun polutan mencapai jaringan lumut dalam bentuk gas dan partikel.

Baca juga: Asap makin pekat di Banjarbaru

Selain itu, lanjutnya, kemampuan totipotensi yang besar, sedikitnya kutikula bahkan ada yang tidak memiliki lapisan kutikula, pertumbuhan lumut yang cepat dan mampu mendeteksi polutan dalam konsentrasi sangat rendah.

Dalam risetnya, Sasi yang merupakan dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) bersama tiga mahasiswi Program Studi Biologi Hilmah, Ahya Nabila dan Wan Nisriani Luthfy, serta satu mahasiswi Fakultas Pertanian Susi, menggunakan metode mossphere atau kantong berisi lumut yang digunakan untuk memantau konsentrasi logam berat di dua ruas jalan raya Kota Banjarbaru selama tujuh minggu, dimana setiap lokasi dipilih tiga titik pengambilan.

Sebanyak 54 mossphere digantung di dua lokasi pengamatan, setiap spesies lumut berada dalam tiga mossphere.

Sementara itu Hilmah menambahkan kualitas udara di Banjarbaru perlu dilakukan monitoring karena tingkat pencemaran udara masuk dalam kategori sedang berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). Bahkan pada 16 Oktober 2023 sudah meningkat statusnya menjadi tidak sehat dengan nilai ISPU sebesar 160.

Oleh karena itu, lanjutnya, penyusunan strategi untuk meningkatkan kualitas udara perlu dilakukan secara dini demi peningkatan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat, salah satunya dengan memantau perkembangan kualitas udara menggunakan lumut. 

Baca juga: BNPB tambah armada udara guna tangani karhutla Kalsel

Pewarta: Firman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023