Dalam jangka pendek, kredit perbankan khususnya kredit usaha menengah kecil akan mendapatkan tekanan
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Biro Riset InfoBank Eko B Supriyanto mengatakan perbankan Indonesia akan memasuki masa stagnasi yang disulut kenaikan inflasi akibat kenaikan harga sejumlah komoditas pangan dan peningkatan inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

"Dalam jangka pendek, kredit perbankan khususnya kredit usaha menengah kecil akan mendapatkan tekanan. Jadi bank harus mengantisipasi penurunan ekonomi, jangan sampai terjebak kredit macet," kata Eko B Supriyanto di Jakarta, Senin.

Menurut Eko, perbankan harus bersiap merasakan akibat kenaikan harga BBM dan inflasi karena Bank Indonesia sangat menaikkan BI Rate untuk meredam inflasi yang diprediksi mencapai 7,6 persen.

Kenaikan BI Rate, kata Eko, akan mendorong kenaikan suku bunga simpanan maupun pinjaman bank. Hal itu akan memengaruhi sektor riil yang pada akhirnya akan berimbas ke kinerja sektor perbankan.

Industri perbankan juga menghadapi risiko stagnasi dari sisi pertumbuhan kredit empat tahun ke depan.

Menurut kajian Biro Riset InfoBank, selain kebutuhan permodalan yang meningkat, pertumbuhan kredit yang lebih kencang daripada pertumbuhan DPK membuat LDR perbankan pada 2017 diprediksi hampir menyentuh 100 persen.

"Perbankan harus giat mencari dana kendati upaya itu akan membuat suku bunga naik. Untuk penguatan modal, pemilik bank terutama pemerintah harus segera mengubah kebijakan dividen dan membatasi dividen dari bank-bank asing agar mampu meningkatkan kapasitas sisi permodalan," tuturnya.

Eko mengatakan stagnasi pertumbuhan kredit akibat keterbatasan permodalan dan dana akan membawa dampak bagi perekonomian karena perbankan Indonesia tidak memiliki kemampuan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013