Bandarlampung (ANTARA News) - Volume ekspor biji kopi robusta Lampung pada Mei 2013 mencapai 22.364 ton dengan nilai 36,53 juta dolar AS, naik dari bulan sebelumnya yang hanya 14.166 ton dengan nilai 28,1 juta dolar AS.

"Kenaikan ekspor itu karena panen kopi mulai berlangsung, terutama pada dataran rendah di Lampung," kata
Ketua Renlitbang Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung, Muchtar Lutfie, di Bandarlampung, Selasa.

Masa panen kopi, menurut dua, terutama berlangsung di daerah dataran rendah seperti Kabupaten Tanggamus dan Lampung Utara.

Peningkatan ekspor biji kopi melalui Pelabuhan Panjang Kota Bandarlampung juga ditopang dari oleh pasokan kopi dari daerah lain di Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Sementara tanaman kopi di dataran tinggi seperti Lampung Barat telah berbuah lebat dan diperkirakan bisa dipanen pada pertengahan Juni 2013 hingga tiga bulan selanjutnya.

Petani kopi di Kabupaten Lampung Barat mengatakan panen kopi tahun ini kemungkinan lebih rendah dari musim sebelumnya karena cuaca kurang mendukung dalam beberapa bulan belakangan.

"Intensitas hujan di Lampung Barat cukup tinggi beberapa waktu lalu terutama pada malam hari, sehingga merontokkan buah tanaman kopi hingga 50 persen," kata Sunyoto, petani kopi di Waytenong, Lampung Barat.

Hujan dapat merusak buah kopi dan menyebabkan jamur pada kopi yang bisa menurunkan kualitas. 

Kondisi yang demikian, menurut dia, bisa menurunkan produksi kopi hingga 50 persen.

Sunyoto, Ketua Kelompok Tani Maju Lestari Waytenong, menjelaskan tahun 2012 rata-rata hasil panen kopi di Lampung Barat mencapai 1,5 ton per hektare namun tahun ini mungkin hanya akan mencapai 780 kilogram per hektare.


Pewarta: Agus Wira Sukarta
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013