Saling memahami menjadikan dialog menjadi produktif karena tidak hanya negara Asia Tenggara yang memahami dan memaklumi permasalahan China
Fangchenggang (ANTARA News) - Dialog negara-negara Asia Tenggara dengan China akan efektif jika tercipta suasana saling memahami dan mengerti permasalahan yang dihadapi mitranya.

Pengamat senior LIPI Ikrar Nusa Bakti di sela kunjungan ke Fangchenggang, Provinsi Guangxi, China, mengatakan hendaknya bukan negara-negara di Asia tenggara saja yang memahami China, sebaliknya China juga hendaknya memahami Asia Tenggara.

"Saling memahami menjadikan dialog menjadi produktif karena tidak hanya negara Asia Tenggara yang memahami dan memaklumi permasalahan China," kata Ikrar.

Dikatakannya, di samping permasalahan wilayah, terdapat sejumlah masalah yang mempengaruhi kedua negara, baik di tingkat pemerintahan maupun bisnis.

Di tingkat bisnis, China diharapkan memberi kemudahan untuk menerima produk negara-negara di Asia Tenggara. "Jangan sampai kita saja yang dibanjiri produk mereka sementara produk Asia Tengara sulit masuk dan sulit bersaing," kata Ikrar.

Terlepas dari itu, Ikar mengapresiasi dialog Asia Tenggara dan China pada level people to people karena hubungan kedua pihak sudah selayaknya terjalin di banyak bidang, baik pada tingkat pemerintahan maupun budaya, pendidikan, kemitraan, dan dialog antar warga yang diharapkan memberi pemahaman pada sisi- sisi yang berbeda.

Pada diskusi "Government + NGOs: Synergi for Regional Peace and Development" di Nanning, Guangxi, China, Senin (3/6) Ikrar menyarankan agar China mengirim orang mudanya ke negara Asean seperti Singapura mengirim pegawai negerinya ke Indonesia dan negara lain untuk memahami kondisi negara di sekitarnya.

Saling mengunjungi, kata Ikrar, akan membuka mata orang muda China untuk memahami kultur dan budaya negara lain.

Liu Qibao, anggota Polit Biro dan Menteri Penerangan China dalam pidato pembukaannya menawarkan kerja sama yang saling menguntungkan antara kedua pihak.

Dia menawarkan empat proposal dalam mengembangkan hubungan dengan negara tetangganya di Asia Tenggara. Pertama, mengembangkan saling percaya dan meningkatkan dialog.

Kedua, menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan berbagi manfaat dari pembangunan, ketiga, saling memahami dan mendorong kemajuan bersama dan keempat, merpererat dialog antar masyarakat dan memperkuat basis hubungan yang multilateral.

China-Southeast Asia High Level People to People Dialogue di Nanning ditutup di Kota Fangchenggang di provinsi yang sama, Guangxi.

Penutupan dihadiri mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Wiranto yang juga hadir sebagai Ketua Umum Partai Hanura berserta sejumlah pejabat di Partai Komunis China dan sejumlah undangan lainnya dari Asia Tenggara.

Pelaksana dialog adalah lembaga swadaya masyarakat China Network for International Exchanges (CNIE) dan dihadiri sekitar 400 hadirin yang terdiri dari pemimpin politik, perwakilan LSM, pengusaha, dan media dari 11 negara Asia Tenggara.

Fangchenggang adalah kota pelabuhan di China Selatan yang didedikasi untuk melayani ekspor impor barang di negara tetangganya seperti Vietnam, Laos dan Kamboja ke penjuru dunia.

Pewarta: Erafzon SAS
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013