"Pada saat kader Golkar Ridwan Kamil masuk sebagai salah satu cawapresnya Ganjar Pranowo, petinggi Golkar justru mengambil sikap kontra dibandingkan pro,"
Kupang (ANTARA) - Pengamat politik Universitas Muhammadiyah Kupang Ahmad Atang mengatakan langkah politik Golkar yang mencalonkan Gibran Rakabuming sebagai Bacawapres mendampingi Prabowo menjadi sesuatu yang paradoks mengingat Golkar lebih mementingkan kader partai lain dibandingkan kadernya sendiri.

"Pada saat kader Golkar Ridwan Kamil masuk sebagai salah satu cawapresnya Ganjar Pranowo, petinggi Golkar justru mengambil sikap kontra dibandingkan pro," kata Ahmad Atang di Kupang, Minggu.

Golkar secara resmi melalui Rapimnas telah memutuskan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto.

Sikap politik partai Golkar bukan sesuatu yang mengagetkan karena wacana ini sudah dibaca publik sejak lama.

Hal ini dapat difahami mengingat koalisi Indonesia maju (KIM) sejak awal di desain untuk mendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, maka partai koalisi seperti PAN, Golkar, PBB dan Gelora tetap satu suara mendukung pasangan ini.

Sementara Demokrat sebagai pendatang baru tentu mengikuti irama yang sama, kata Ahmad Atang yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Kupang itu.

Dia mengatakan dalam sejarah pilpres, Golkar selalu menjadi partai pendukung dan bukan menjadi partai pengusung. Kader-kader Golkar selalu kalah populer dengan kader partai lain sehingga sikap politik mendukung figur dari partai lain.

Walaupun Golkar pernah menjadi partai pengusung Wiranto dan Yusuf Kalla namun hanya berhenti pada kedua figur tersebut dan tidak ada kelanjutannya, katanya.

Dia menambahkan pilihan politik ini akan beresiko terhadap elektabilitas Golkar pada pemilu mendatang.

Hal ini perlu diwaspadai karena antara pemilu dan pilpres berlangsung pada momentum yang sama, katanya.

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2023