Jakarta (ANTARA) - Venture builder dunia digital GDP Venture menggelar sesi diskusi bertema strategi pemasaran dan bisnis omnichannel dengan mencatat adanya perubahan signifikan konsumen yang cenderung menggemari skema berbelanja melalui kanal daring sekaligus tetap menyukai kegiatan berbelanja secara luring tersebut.

Dalam acara bincang-bincang dengan tema “Omnichannel Trends: Meeting the Modern Shopper’s Preferences” di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa, mengemuka beberapa fakta menarik. Salah satunya adalah keberadaan saluran daring dan luring secara keseluruhan dapat saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan konsumen karena masing-masing menyediakan pilihan kenyamanan berbelanja yang berbeda.

Regional Account DIrector Worldpanel Division Kantar Asia Helmy Herman dalam pemaparan mengungkapkan bahwa sebanyak lebih dari 50% konsumen berbelanja di lebih dari empat saluran, mencakup baik saluran luring maupun daring untuk sektor barang konsumen yang memiliki tingkat permintaan tinggi dan perputaran cepat di pasar atau Fast Moving Consumer Goods (FMCG).

Baca juga: "Customer service" penting bagi pengembangan UMKM

Baca juga: Omnichannel Qontak dukung pebisnis keluar dari belenggu pandemi


“Hal ini mengindikasikan bahwa tren omnichannel akan terus berkembang, terutama seiring meningkatnya akses internet di berbagai daerah. Tetapi, keselarasan dengan preferensi konsumen perlu menjadi fokus bagi pelaku usaha agar dapat memberikan pengalaman belanja terbaik melalui berbagai saluran yang tersedia," ungkap Helmy.
 
Account DIrector Worldpanel Division Kantar Asia Helmy Herman dalam diskusi “Omnichannel Trends: Meeting the Modern Shopper’s Preferences” di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (24/10). (ANTARA/Ahmad Faishal)


Dia juga menjelaskan bahwa tren omnichannel di masa depan akan didukung oleh beberapa faktor kunci yaitu peningkatan penggunaan internet di daerah perdesaan didukung oleh infrastruktur Pemerintah yang semakin berkembang, penyebaran luas pembayaran berbasis mobile yang memudahkan konsumen dalam berbelanja, dan perkembangan pesat produk lokal yang sering memulai eksistensi secara daring sebelum membuka toko luring.

Helmy melanjutkan, pengalaman berbelanja menjadi semakin penting baik di kanal daring maupun luring mengingat keduanya menawarkan pengalaman yang berbeda.

“Selain itu, Gen-Z menjadi pendorong utama berkembangnya omnichannel. Generasi ini memiliki keahlian digital, namun tetap menghargai pengalaman berbelanja luring untuk konten yang mereka hasilkan. Semua faktor ini bersama-sama membentuk pendorong utama bagi pertumbuhan omnichannel di masa mendatang,” papar dia.
 
Group Head Groceries & Lifestyle Blibli Fransisca Krisanti Nugraha dalam diskusi “Omnichannel Trends: Meeting the Modern Shopper’s Preferences” di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (24/10). (ANTARA/Ahmad Faishal)


Sementara itu, Group Head Groceries & Lifestyle Blibli Fransisca Krisanti Nugraha menjelaskan bahwa dalam menghadapi dinamika pasar terutama dengan perubahan tren konsumen di Indonesia yang terus berubah, pihaknya memahami bahwa keinginan berbelanja secara luring kembali meningkat seiring waktu berjalan.

Baca juga: Blibli catat pertumbuhan berkat sinergi ekosistem dan omnichannel

“Hal ini sejalan dengan semangat ‘Simplify to Amplify’ Blibli sebagai pelopor ekosistem perdagangan omnichannel dan gaya hidup terintegrasi. Blibli berkomitmen untuk terus berinovasi dalam memberikan pengalaman belanja yang mudah, aman, dan relevan dengan berbagai preferensi daring maupun luring tanpa tipu-tipu. Blibli akan terus memberikan dukungan maksimal untuk produk lokal agar dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat Indonesia,” tegas dia.

Senada dengan hal itu, Co-founder & CEO Dekoruma Dimas Harry Priawan berpendapat bahwa tren yang sama berlaku pada industri furnitur yaitu kebiasaan konsumen tetap membutuhkan rasa kepercayaan yang lebih dalam menentukan produknya.

Dia menjelaskan bahwa perusahaan mengadopsi strategi omnichannel untuk memperluas penjualan sebagai respons terhadap permintaan konsumen yang menginginkan pengalaman langsung dalam melihat dan merasakan produk furnitur sebelum melakukan pembelian.
 
Co-founder & CEO Dekoruma Dimas Harry Priawan (kiri) dan CEO Brodo Yukka Harlanda (kanan) dalam diskusi “Omnichannel Trends: Meeting the Modern Shopper’s Preferences” di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (24/10). (ANTARA/Ahmad Faishal)


“Karena untuk kualitas, material dan kenyamanan sangat sulit sekali didapatkan dari daring saja. Selain itu dengan tujuan mengembangkan bisnis di luar kota-kota besar, kehadiran saluran luring tetap krusial karena penetrasi daring dan e-commerce masih belum sekuat di daerah-daerah tersebut,” kata Dimas.

Sedangkan CEO Brodo Yukka Harlanda beranggapan bahwa perubahan perilaku pelanggan menuntut pengalaman berbelanja yang mulus dan interaktif dengan merek favorit mereka di mana pun dan kapan pun.

“Brodo sebagai merek yang berasal dari dunia digital dan sedang meluaskan keberadaan ke dunia luring, menyadari potensi besar yang ada di depan. Kami yakin bahwa setiap saluran, baik daring maupun luring, memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing yang membuatnya saling melengkapi,” kata Yukka.

Dia meneruskan bahwa dengan populasi Indonesia yang besar terutama di kalangan muda dengan kelas menengah yang terus berkembang, pendapatan meningkat, dan minat tinggi dalam dunia mode, maka potensi ekspansi menjadi sangat menjanjikan.

“Strategi omnichannel menjadi pilihan yang menarik untuk memenuhi berbagai preferensi berbelanja konsumen Indonesia,” tutup Yukka.

Baca juga: Telkom mendukung digitalisasi sektor perusahaan lewat OCA

Baca juga: Omnichannel dinilai jadi keharusan bagi peritel Tanah Air

Baca juga: Gratis ongkir masih jadi pertimbangan penting konsumen lokapasar

Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023