Anak-anak muda yang merupakan pemilih pemula merupakan sumber dukungan besar bagi parpol. Maka parpolpun berlomba-lomba merancang berbagai kegiatan untuk memanjakan kalangan anak-anak muda itu untuk meraih partisipasinya.
Jakarta (ANTARA News) - Partai politik (parpol) sebagai salah satu sarana pendidikan politik masyarakat perlu pintar-pintar mencari cara untuk meraih partisipasi masyarakat dari berbagai kalangan.

Anak-anak muda yang merupakan pemilih pemula merupakan sumber dukungan besar bagi parpol. Maka parpolpun berlomba-lomba merancang berbagai kegiatan untuk memanjakan kalangan anak-anak muda itu untuk meraih partisipasinya.

Sebagai partai Islam, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merancang berbagai kegiatan rohani Islam untuk merangkul para pemilih pemula sebagai pendidikan politik agar turut berpartisipasi dalam Pemilu 2014.

"Kami melakukan perlombaan baca puisi, lomba berjilbab yang indah untuk perempuan dan menggelar konser musik religius dengan kerangka memperingati hari besar Islam," ujar Ketua Badan Pemenangan Pemilu PPP Fernita Darwis, di Jakarta, Jumat.

PPP bahkan memasukkan perencanaan kegiatan untuk para pemilih pemula dalam sembilan langkah pemenangan pemilunya. Melalui kesadaran tentang karakter pemilih pemula yang santai dan menyenangkan, PPP akan masuk ke basis-basis pemilih pemula melalui kegiatan yang betul-betul diminati oleh mereka.

"Kami berikan judul `Ku Tahu yang Kau Mau` untuk mendekati para pemilih pemula. Jadi, kami harus tahu keinginan masyarakat pemilih pemula. Sekarang ini tidak laku lagi kalau orasi di lapangan. Tapi bagaimana hati pemilih sama dengan hati kami," kata Fernita.


Perilaku Parpol

Beberapa partai politik menyadari bahwa perilaku yang kerap dipertontonkan di media massa dapat memengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Terlebih kasus yang menyeret para elit partai ke meja hijau, dikhawatirkan memicu apatisme para pemilih pemula.

Hal tersebut disepakati oleh Fernita. Menurut Fernita, partisipasi pemilih pemula sangat berkaitan dengan pemberitaan media mengenai perilaku parpol. Untuk itu, PPP telah mengantisipasi seluruh bakal calegnya dengan serangkaian kontrak politik, agar partisipasi para pemilih pemula tetap memnggunakan hak pilihnya.

Kontrak politik tersebut memuat beberapa aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bacaleg PPP. Partai bahkan menyiapkan sanksi bagi bacaleg yang melanggar kontrak tersebut.

"Untuk itu kami meminta kepada media ketika ingin demokrasi di negeri ini berjalan dengan baik, maka jika seorang anggota legislatif tersangkut kasus tertentu, maka jangan `digebukin` institusi parpol, anggota legislatifnya itu yang harus bertanggung jawab," kata Fernita.

Namun, hal tersebut disikapi berbeda oleh Partai Gerindra. Ketua DPP Partai Gerindra Bidang Advokasi Habiburokhman mengatakan, para pemilih pemula cenderung lebih kritis dalam menentukan pilihan.

Menurut Habib, beberapa parpol yang memperlihatkan sikap cenderung negatif di media massa, justru menguntungkan parpol lain, karena memiliki kesempatan untuk menampung suara mereka.

"Menurut kami, pemilih pemula pandai untuk menentukan partai lain yang memang menunjukkan sikap yang positif," kata Habib.

Untuk itu, lanjut Habib, seluruh kader Gerindra diimbau untuk tetap berperilaku baik dan melawan praktek-praktek korupsi.



Amankan DPT

Tidak hanya menggelar berbagai kegiatan yang dekat dengan pemilih pemula dan memperbaiki perilaku, pengamanan Daftar Pemilih Tetap (DPT) juga menjadi agenda penting parpol untuk mengamankan partisipasi para pemilih pemula.

Dalam hal ini, Partai Gerindra berupaya mengamankan proses penetapan DPT pemula agar dapat menggunakan hak pilih mereka sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

"Kami perlu menjamin para pemilih pemula terdaftar dalam DPT. Jangan sampai mereka tidak dapat memilih karena tidak terdaftar," ujar Habib.

Habib mengatakan, partisipasi pemilih pemula juga sangat dipengaruhi oleh penetapan DPT, sehingga secara langsung memengaruhi perolehan suara partai politik.

Untuk menjaga partisipasi pemilih pemula dan mengantisipasi golongan putih atau atau masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya, Gerindra juga berupaya memastikan bahwa akses untuk memilih terjangkau oleh para pemilih pemula, terutama di daerah.

"Di daerah banyak masyarakat yang harus berjalan beberapa kilometer untuk memilih. Sehingga, hal ini dapat memicu terjadinya golput, sehingga harus terjangkau," ujar Habib.

Para pemilih pemula, lanjut Habib, cenderung menginginkan perubahan di dalam pemerintah untuk membawa Indonesia lebih baik, namun perlu didukung dengan akses yang memadai dan mudah dijangkau.

"Pemilih muda memang ingin perubahan, tapi mereka juga gak akan mau mengecek satu persatu daftar nama mereka atau harus berjalan jauh untuk menuju TPS," kata Habib.



Manfaat Media Sosial

Fenomena munculnya media sosial membuka ruang untuk berbagai kalangan dalam berbagi informasi secara cepat dan langsung kepada para penggunanya. Anak muda menjadi salah satu generasi yang paling dekat dengan media sosial.

Berdasarkan kenyataan tersebut, Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia, Ari Junaedi, mengatakan partai politik dan penyelenggara pemilu hendaknya memanfaatkan media sosial untuk menjaring partisipasi pemilih pemula yang didominasi oleh kalangan muda.

"Ajakan melalui media sosial dapat menjadi ajang pendidikan politik baru bagi pemilih pemula, mengingat penggunanya kebanyakan anak-anak muda," ujar Ari Junaedi.

Ari mengatakan melalui media sosial seperti Facebook dan Twitter, berbagai informasi terkait Pemilihan Umum 2014 dapat disebarkan dengan gaya bahasa yang juga dekat dengan anak-anak muda.

"Bahasa yang digunakan sebaiknya informal, atau bahasa `gaul` yang biasa digunakan anak muda, bukan bahasa yang formal dan kaku," kata Ari.

Menurut Ari, sosialisasi pemilu melalui media sosial dapat mengantisipasi tingginya angka golongan putih (golput) atau pihak yang tidak memilih dari kalangan pemilih pemula pada Pemilu 2014.

Hal tersebut dapat diupayakan, karena pemilih pemula akan mengenal dan merasa dekat dengan berbagai elemen pemilu seperti tahapannya, parpol yang menjadi peserta pemilu, maupun cara memilihnya.

Dengan demikian, parpol harus lebih cerdik dalam memberi kesadaran kepada para pemilih pemula bahwa pemilu akan membawa perubahan dan menentukan masa depan bangsa.

Oleh Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013