Jakarta (ANTARA) - Spesialis radiologi dr Nur Muhammad Karim Sp.Rad mengingatkan pentingnya individu untuk rutin melakukan pemeriksaan payudara guna mendeteksi potensi terjadinya kanker sejak dini.

"Intervensi dapat dilakukan sebelum sel kanker menyebar, sehingga dapat meningkatkan peluang pasien untuk bertahan hidup dan menurunkan angka mortalitas kanker payudara," ujar Nur Muhammad Karim dalam pernyataan di Jakarta, Rabu.

Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini turut menyampaikan terdapat dua metode pemeriksaan kelainan pada payudara yaitu melalui Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS).

SADARI merupakan cara sederhana dan mudah bagi setiap orang dengan memeriksa payudaranya sendiri untuk mendeteksi setiap perubahan seperti ditemukan benjolan atau tidak. Sedangkan, SADANIS adalah pemeriksaan fisik payudara oleh tenaga kesehatan terlatih. 

"Jika ditemukan kelainan pada payudara, maka pasien akan dianjurkan untuk melakukan screening untuk mendeteksi apabila benjolan tersebut merupakan kanker dan apakah bersifat ganas atau tidak," ujarnya.

Baca juga: Bulan Kesadaran Kanker Payudara momentum tingkatkan upaya penanganan

Ia mengatakan metode screening yang umum dilakukan adalah mammografi, yang merupakan metode pencitraan medis khusus menggunakan sinar x (x-ray) dosis rendah, serta lazim dilakukan oleh tenaga ahli profesional.

Hingga saat ini, kebanyakan kasus kanker payudara ditemukan ketika pasien sudah mencapai stadium tinggi, yaitu stadium 3 dan 4 sehingga menyebabkan pasien sulit menjalani pengobatan.

Data Globocan mencatat bahwa kanker payudara menyumbang 16,6 persen dari semua kanker dan 9,6 persen dari semua kematian akibat kanker di kalangan perempuan di Indonesia pada 2020.

Salah satu alasan utama tingginya angka kematian adalah deteksi kanker payudara yang terlambat, sebab sebagian besar perempuan mencari perawatan medis ketika penyakitnya sudah berada di tahap lanjut.

Padahal, ketika kanker ditemukan pada tahap awal, yaitu stadium 1 dan 2, para ahli kesehatan profesional dapat melakukan intervensi dan tindakan kepada pasien sebelum sel kanker menyebar.

Baca juga: Evaluasi risiko kanker payudara bisa dilakukan lewat "buccal swab"

Sementara itu, perusahaan penyedia peralatan dan perlengkapan medis berteknologi tinggi, PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) turut mendorong kesadaran publik, akses, ketersediaan pemeriksaan serta diagnosis kepada perempuan untuk mencegah kanker payudara.

Direktur Utama Itama Ranoraya Heru Firdausi Syarif juga menegaskan komitmen untuk menyediakan solusi alat kesehatan berteknologi tinggi yang terjangkau serta dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

"Salah satunya kami wujudkan melalui pendistribusian produk mammografi berteknologi tinggi asal Eropa. Dengan upaya ini, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran dan ketersediaan pemeriksaan serta diagnosis kanker payudara di Indonesia," ujarnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya kampanye Bulan Peduli Kanker Payudara pada Oktober karena bermanfaat untuk mengedukasi masyarakat tentang pencegahan, deteksi, pengobatan, dan perawatan kanker payudara.

Baca juga: Wanita di bawah usia 40 tahun boleh jalani pemeriksaan mammografi

Pewarta: Satyagraha
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023