Jakarta (ANTARA) - Pemimpin bidang keamanan siber global, Palo Alto Networks berkomitmen untuk membantu keamanan siber pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia seiring dengan makin pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan mesin pembelajar (ML). 

Wakil Presiden untuk ASEAN di Palo Alto Networks Steven Scheurmann dalam pernyataan di Jakarta, Rabu, mengatakan masih banyak UKM yang menganggap keamanan siber sebagai inisiatif sesaat sehingga rentan terhadap ancaman penjahat siber.

"Kami memantapkan misi kami untuk memberdayakan UKM dengan postur keamanan siber yang lebih kuat, dengan menyadari peran penting mereka sebagai salah satu tulang punggung perekonomian di Indonesia," ujarnya.

Menurut dia, keberadaan UKM sangat bernilai bagi masyarakat lokal dan perekonomian nasional, tetapi pelaku usaha tersebut tidak mempunyai sumber daya dan keahlian memadai untuk menyediakan keamanan siber dan mengimbangi para aktor jahat.

"Sangat penting untuk diingat bahwa UKM, seperti halnya organisasi yang lebih besar, memiliki data berharga yang dicari oleh para penyerang siber untuk mendapatkan keuntungan finansial," ujarnya.

Baca juga: Palo Alto ungkap 80 persen serangan siber sasar layanan cloud

Scheurmann turut memastikan langkah-langkah keamanan tradisional saja tidak lagi memadai untuk memerangi serangan siber canggih seperti phishing, serangan ransomware, kampanye jahat, dan banyak lagi.

Selain itu, kehadiran malware tingkat lanjut yang dapat berubah bentuk untuk menghindari deteksi tidak bisa diantisipasi dengan hanya menggunakan pendekatan tradisional berbasis tanda tangan.

"Hanya pembelajaran mesin yang dapat mengatasi semakin banyaknya tantangan dalam keamanan siber, untuk meningkatkan solusi keamanan, mendeteksi serangan yang tidak dikenal, dan mendeteksi serangan tingkat lanjut, termasuk malware polimorfik," ujarnya.

Oleh karena itu, AI dan ML memainkan peran penting dalam meningkatkan keamanan siber untuk UKM dengan menyediakan deteksi ancaman tingkat lanjut, manajemen kerentanan proaktif, dan kemampuan respons insiden otomatis.

Dengan menganalisis kumpulan data yang sangat besar dari informasi serangan historis dan memanfaatkan umpan intelijen ancaman waktu nyata, sistem AI dapat mendeteksi dan menilai potensi serangan dengan akurasi dan kecepatan yang lebih tinggi.

Baca juga: Palo Alto: Keamanan siber jadi prioritas utama perusahaan

Berbagai antisipasi tersebut memungkinkan tim keamanan siber untuk merespons dengan cepat, meminimalkan kerusakan, dan mencegah pelanggaran data.

Ia menyakini bisnis yang berukuran kecil dan memiliki sumber daya terbatas dapat membangun postur keamanan siber yang tangguh, sehingga sulit ditembus oleh ancaman dari luar, asalkan ada budaya keamanan yang kuat di dalam perusahaan.

"Visibilitas holistik, pendekatan zero-trust, dan integrasi AI akan membantu memastikan bahwa UKM dapat meningkatkan keamanan cloud mereka untuk melindungi dari ancaman saat ini dan masa depan, di mana pun mereka memilih untuk bekerja," kata Scheurmann.

Sebelumnya, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) mengemukakan adanya potensi kerusakan atau gangguan keamanan siber sebagai dampak dari lompatan teknologi yang diprediksi mampu mengubah pola pencarian data secara signifikan pada tahun 2029.

Berbagai aktivitas kejahatan siber tersebut dapat mengakibatkan beberapa dampak dan kekhawatiran yang meliputi kerugian finansial, gangguan terhadap bisnis, pencurian kekayaan intelektual, hingga pelanggaran privasi.

Sementara itu, Laporan Kondisi Keamanan Siber di ASEAN tahun 2023 menyatakan bahwa integrasi AI merupakan salah satu strategi utama yang diadopsi secara masif oleh organisasi-organisasi teknologi di seluruh ASEAN.

Khusus di Indonesia, terdapat sekitar 70 persen organisasi yang sedang mempertimbangkan adanya integrasi AI, sehingga menjadikan jumlahnya tertinggi di ASEAN.

Baca juga: Berkas PDF jadi incaran penjahat siber untuk menyebarkan malware
 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023