Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat pagi, turun tajam menembus level Rp9.200 per dolar AS menjadi Rp9.205/9.215 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.105/9.9110 atau mengalami penurunan 100 poin. Analis valas Bank Sudara, Yusuf, di Jakarta, Jumat mengatakan pelaku pasar aktif membeli dolar AS untuk memenuhi kebutuhan, terutama untuk bayar hutang yang sudah jatuh tempo. Faktor utama diburu dolar AS itu berkaitan dengan makin menguat harga minyak mentah dunia yang mencapai 78 dolar AS per barel, katanya. Selain itu, lanjutnya, Amerika Serikat yang diperkirakan memiliki cadangan minyak cukup banyak, namun stok yang dimiliki sangat jauh berkurang, karena impor minyaknya terus berkurang, akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi. Meski demikian defisit transaksi berjalan AS yang diperkirakan makin membengkak diluar perkiraan hanya mencapai 63,84 juta dolar AS pada Mei 2006 dibanding bulan lalu yang mencapai 63,34 juta dolar. Rupiah, menurut dia, juga tertekan oleh penurunan suku bunga LPS sebesar 50 basis poin yang membuat bunga deposito turun yang artinya pendapatan orang yang menyimpan rupiah akan semakin kecil. Meski perbedaan antara BI rate dan suku bunga bank sentral AS, The Fed, masih tinggi. Suku bunga The Fed adalah 5,25 persen dan BI Rate 12,25 persen selisih 7 persen, masih cukup menarik, katanya. Ia mengatakan, jika inflasi di akhir tahun di bawah 10 persen maka rupiah masih menarik karena suku bunga simpanan masih di atas inflasi, artinya uang yang disimpan tidak tergerus inflasi. Rupiah ketika pasar dibuka sempat mencapai level Rp9.220 per dolar AS, namun tekanan pasar agak berkurang menjelang penutupan pasar, sehingga mata uang lokal itu sedikit membaik menjadi Rp9.205 per dolar AS sampai pasar itu ditutup. Bank Indonesia (BI) sebelumnya mengatakan kondisi pasar saat ini dianggap sangat kondusif untuk penguatan rupiah. "Mudah-mudahan situasi ini akan tetap stabil. Rupiah tetap stabil seperti sekarang ini, karena di dalam negeri cukup kondusif saat ini," kata Deputi Gubernur BI, Hartadi Sarwono. Dia mencontohkan, spekulasi hampir tidak ada. Para pedagang keluar masuk di pasar uang. Demikian pula di pasar saham juga normal-normal saja. "Untuk eksternal juga tidak ada yang terlalu istimewa, semua sudah dimasukan faktor (dalam perhitungan Bank Indonesia - Red)," ucapnya. Dia menjanjikan, BI akan tetap memonitor kondisi pasar uang bahkan sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi. Semua hal tersebut membuat rupiah menguat saat ini. (*)

Copyright © ANTARA 2006