Investor mencerna data ekonomi melalui lensa Federal Reserve yang agresif. ....
New York (ANTARA) - Indeks-indeks utama Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) setelah rilis data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat yang kuat dan pasar mencerna laporan emiten yang beragam.

Indeks Dow Jones Industrial Average terkoreksi 251,63 poin atau 0,76 persen ke 32.784,3, indeks S&P 500 turun 49,54 poin atau 1,18 persen ke 4.137,23, dan Indeks Komposit Nasdaq melemah 225,62 poin atau 1,76 persen ke 12.595,61.

Sejumlah data ekonomi yang kuat termasuk lonjakan PDB kuartal ketiga sebesar 4,9 persen (yoy), yang merupakan angka tertinggi dalam hampir dua tahun, menambah kekhawatiran investor terhadap kebijakan The Fed yang restriktif.

"Investor mencerna data ekonomi melalui lensa Federal Reserve yang agresif. Hal ini menantang anggapan bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada tahun 2024,” kata Chief Executive Officer AXS Investments Greg Bassuk di New York.

Baca juga: Wall Street anjlok dipicu aksi jual dan naiknya imbal hasil obligasi

Bassuk menambahkan, ironisnya, meski angkanya kuat, hal itu memperburuk kekhawatiran investor mengenai kebijakan The Fed yang akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Ketiga indeks saham utama AS berakhir di zona merah dan semuanya tetap berada di jalur penurunan mingguan.

Nasdaq yang berbasis teknologi mengalami penurunan persentase terbesar, terbebani oleh kelompok saham megacap "magnificent seven" dalam menghadapi proyeksi kinerja yang suram dan skenario suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama. Indeks NYSE FANG+ ditutup turun 2,7 persen.

"Hari ini adalah tentang 'magnificent seven' dan saya tidak berpikir ada sesuatu yang bisa mereka rilis mengenai kinerja yang bisa memuaskan orang-orang," kata kepala investasi Horizon Investments Scott Ladner di Charlotte, North Carolina.

"Jadi kita melihat investor ambil untung dan mengubah segala sesuatu yang berhasil tahun ini menjadi sesuatu yang tidak berhasil," ujar Ladner.

Baca juga: IHSG ditutup melemah tertekan kenaikan 'yield' obligasi AS 

Hampir sepertiga perusahaan di S&P 500 dijadwalkan untuk melaporkan kinerjanya pada minggu ini.

Menurut LSEG, sekitar empat dari lima perusahaan melampaui perkiraan laba. Estimasi terbaru para analis pertumbuhan laba S&P 500 tahun-ke-tahun secara agregat sebesar 2,6 persen.

Dari 11 sektor utama di S&P 500, sektor jasa komunikasi mengalami persentase penurunan terbesar 2,6 persen, sementara real estat mengalami kenaikan terbesar 2,2 persen pada sesi tersebut.

Saham Meta Platforms melampaui ekspektasi pendapatan dan laba kuartal ketiga, tetapi perkiraan pengeluaran pada 2024 akan melebihi perkiraan analis dan mengindikasikan konflik Israel dapat mengurangi penjualan kuartal keempat. Saham Meta turun 3,7 persen.

United Parcel Service yang menurunkan perkiraan pendapatannya untuk tahun 2023, membuat sahamnya turun 5,9 persen.

Saham produsen chip Western Digital Corp turun 9,3 persen setelah pembicaraan merger dengan Kioxia Holdings Jepang dibatalkan.

Saham IBM melonjak 4,9 persen menyusul laporan kuartalannya yang mengalahkan konsensus, didukung oleh permintaan yang kuat terhadap solusi perangkat lunaknya.

Baca juga: Bursa Efek Indonesia targetkan laba bersih Rp259,44 miliar di 2024

Sementara saham Amazon.com naik dalam perdagangan yang diperpanjang setelah raksasa e-commerce itu melaporkan pendapatan kuartalan yang lebih baik dari perkiraan.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 11,63 miliar saham dibandingkan dengan rata-rata 10,72 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Jumlah saham-saham yang turun melebih jumlah saham yang naik dengan rasio 1,02 : 1, sedangkan untuk Nasdaq rasionya 1,14 : 1.

S&P 500 mencatatkan tidak satu pun titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan 35 titik terendah baru, sementara Nasdaq mencatat 13 titik tertinggi baru dan 429 titik terendah baru.

Sumber: Reuters

Penerjemah: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023