Beijing (ANTARA) - Berikut adalah reaksi atas wafatnya mantan Perdana Menteri China Li Keqiang pada Jumat:

ADAM NI, analis politik China yang juga penulis:

"Li adalah perdana menteri yang tidak berdaya ketika China menempuh balik arah degan tajam meninggalkan reformasi dan keterbukaan."

DALI YANG, profesor politik pada Universitas Chicago:

"Ruang lingkup pengambilan kebijakan dan implementasi kebijakan Li menjadi lebih tersubordinasi semasa pemerintahan Presiden Xi Jinping, yang tak segan mendominasi politik dan pembuatan kebijakan, sehingga Li menjadi tidak lagi penting.

"Xi sungguh menutupi Li sehingga dia tidak mempunyai ruang berinisiatif dibandingkan para perdana menteri sebelumnya."


CHEN DAOYIN, analis politik China dari Chile:

"Li adalah orang yang memiliki gagasan tapi tidak menawarkan solusi. Dia tidak mencapai banyak hal sebagai perdana menteri. Ini sebagian akibat ulahnya sendiri dan tak bisa sepenuhnya ditimpakan kepada Xi.

"Ketika dia pertama kali berkuasa 10 tahun silam, dia punya banyak ide, seperti mendorong kewirausahaan, tapi tidak ada rencana bagus tentang bagaimana menerapkannya. Ketika ide-ide ini tak terwujud, kekuasaannya perlahan-lahan dikurangi, dan dia menjadi perdana menteri yang paling tidak berdaya dalam empat dekade terakhir."


WEN-TI SUNG, ilmuwan politik pada Australian National University:

"Kematian mendadak Li sungguh mengagetkan, mengingat dia baru berusia 68 tahun. Para pemimpin tingkat atas China memiliki rekam jejak yang panjang umur, dua pendahulu Li yang masih hidup, Perdana Menteri Zhu Rongji (95) dan Perdana Menteri Wen Jiabao (81), hidup lebih lama dibandingkan dia.

"Li mungkin akan dikenang sebagai pendukung pasar bebas dan rakyat miskin. Namun yang paling penting, dia akan dikenang karena hal-hal yang seharusnya bisa terjadi."


NEIL THOMAS, peneliti pada Pusat Analisis China pada Asia Society Policy Institute:

"Xi mungkin menghormati tradisi partai dan memimpin masa berkabung untuk Li, karena dia tidak punya alasan untuk membuat marah rekan-rekan dan para pendukung Li dalam partai yang pengaruh politiknya semakin melemah dan kian tergerus seiring kematian Li.

"Xi mungkin membolehkan masyarakat berkabung demi Li, namun kemungkinan besar tak akan menoleransi segala upaya memanfaatkan kematian Li untuk menentang kepemimpinannya."


RICHARD MCGREGOR, pakar pada Lowy Institute di Sydney:

"Era reformis sudah berakhir sejak lama. Saya kira tidak ada hubungannya dengan Hu Yaobang (reformis politik yang kematiannya memicu duka massal dan protes di Lapangan Tiananmen) dan tidak ada makna simbolis yang melekat pada pemakaman Li.

"Kematian ini mengejutkan karena dia masih relatif muda dalam sistem yang menyediakan layanan kesehatan terbaik bagi para pemimpinnya."


YUN SUN, direktur Stimson Center di Washington:

"Li sudah dianggap wakil kaum reformis. Namun selama sepuluh tahun menjabat perdana menteri, banyak kebijakan China mengalami kemunduran.”

CHONG JA IAN, pakar politik pada National University of Singapore:

"Saya tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa duka massal bakal memicu protes, mengingat adanya kegelisahan di RRC saat ini...

"Fakta bahwa ada begitu banyak sas-sus mengenai penyebab kematian Li menunjukkan adanya ketidakpastian dan ketidakpercayaan, yang mencerminkan kegelisahan atas ketidakjelasan dan kesewenang-wenangan pimpinan puncak (Partai Komunis), seperti yang terlihat dalam pemecatan mendadak dan tidak dapat dijelaskan pada pemimpin belakangan ini.


JOSEPH TORIGIAN, Stanford Hoover History Lab:

"Mangkatnya seorang tokoh politik senior China bisa menjadi momen rumit dan menantang bagi kepemimpinan China. Unjuk rasa setelah kematian mantan para pemimpin China yang populer seperti Zhou Enlai dan Hu Yaobang contohnya. Tugas mendesak yang dihadapi para pemimpin China adalah membuat obituari yang menyenangkan keluarga Li (yang tidak selalu mudah, terutama jika keluarga tersebut tidak senang terhadap sesuatu), sesuai dengan agenda politik rezim, dan tidak mengobarkan sentimen rakyat."

MALCOLM TURNBULL, mantan perdana menteri Australia:

"Saya selalu menganggap Perdana Menteri Li sebagai rekan menarik dan konstruktif, tidak terikat pada poin-poin pembicaraan resmi dan terlibat secara jujur dan penuh pertimbangan dalam isu-isu besar saat ini."

HIROKAZU MATSUNO, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang

"Mantan Perdana Menteri Li Keqiang memainkan peran penting dalam hubungan China-Jepang, termasuk kunjungan resminya ke negara kami dalam pertemuan puncak trilateral Jepang, China, dan Korea Selatan pada Mei 2018. Dengan ini kami menyampaikan belasungkawa dan doa tulus untuk mantan Perdana Menteri Li Keqiang."

EEUROPEAN UNION CHAMBER OF COMMERCE di China:

"European Chamber sangat sedih atas meninggalnya mantan Perdana Menteri Li Keqiang, yang merupakan pemimpin penting bagi komunitas bisnis asing. Dia adalah orang yang pragmatis dan berpikiran maju yang sangat mementingkan reformasi dan keterbukaan ekonomi China. Pada saat European Chamber mendapat kehormatan bertemu dengannya, dia selalu menaruh perhatian besar kepada kekhawatiran perusahaan-perusahaan Eropa yang beroperasi di China."

Sumber: Reuters

Baca juga: Mantan PM China Li Keqiang meninggal akibat serangan jantung
Baca juga: PM China tekankan inovasi dalam regulasi makro dan stabilkan ekonomi

 

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023