Jakarta (ANTARA) - Riak air dan riuh deburan ombak telah menjadi kawan bagi Nuraini Dessy. Sosok yang telah berkarier di PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Persero selama 22 tahun ini secara resmi mengemban tugas sebagai Direktur Usaha Angkutan Penumpang pada 21 September 2023.

Meski terlahir dan tumbuh besar di Sukabumi, Jawa Barat, sebuah kabupaten yang secara notabene terkurung daratan, Dessy telah memiliki kecintaan terhadap dunia pelayaran nasional sedari belia.

Direktur Usaha Angkutan Penumpang PT Pelni ini mengakui bahwa kecintaan tersebut muncul ketika ia belajar mengenai peta Indonesia. Saat itu, ia menyadari betapa luasnya Indonesia, berikut dengan hamparan perairan yang menghubungkan beragam pulau.

Pada momen itulah, Dessy memantapkan hatinya untuk menempuh pendidikan di sekolah pelayaran.

Dalam benaknya, ia menancapkan cita-cita untuk berkarier di dunia pelayaran.


Perjalanan meraih mimpi

Puan kelahiran 8 Desember 1975 ini tumbuh dengan nilai-nilai disiplin yang ditanamkan secara turun temurun dari kakeknya yang merupakan anggota dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), kini menjadi TNI, kepada ayahnya.

Dessy merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dan seluruh sanak saudaranya pun memperoleh nilai-nilai kedisiplinan yang serupa dari ayahnya.

Nilai-nilai kedisiplinan tersebutlah yang berhasil menempa Dessy untuk menjadi sosok tangguh dan pekerja keras, termasuk dalam hal mewujudkan mimpinya untuk berkarier di dunia pelayaran.

Ia meyakini, apabila seseorang menanamkan hal-hal positif di dalam hatinya, dan disertai dengan tindakan nyata yang dilakoni secara konsisten, maka mimpi tersebut dapat terwujud.

Setidaknya, hal tersebutlah yang ia rasakan ketika berhasil menjadi karyawan PT Pelni, usai menempuh pendidikan di Akademi Maritim Suaka Bahari Cirebon, Jawa Barat.

Berbagai asam garam telah ia lalui dalam perjalanan kariernya. Ia memulai perjalanan kariernya pada 2001 sebagai pegawai di bagian operasional, hingga akhirnya berhasil merangkak ke kursi direktur setelah berkarier 22 tahun.

Penunjukannya sebagai Direktur Usaha Angkutan Penumpang pun berdasarkan pada hasil Rapat Umum Pemegang Saham PT Pelni (Persero). Dessy mengatakan bahwa perjalanan kariernya merupakan buah dari kerja kerasnya selama ia mengabdi di perusahaan tersebut.

Selama berkarier, Dessy tetap mengerjakan berbagai penugasan yang diberikan kepada dirinya, meskipun penugasan tersebut tidak termasuk dalam tugasnya. Bagi Dessy, penugasan tersebut merupakan kesempatan dirinya untuk mempelajari hal lainnya.


Stigma dan pembagian waktu

Dessy mengaku sempat merasa takut ketika ia baru menapakkan kaki di dunia pelayaran. Sedari mengenyam pendidikan di akademi, Dessy mengatakan bahwa pelayaran merupakan dunia yang didominasi oleh laki-laki.

Ia memperkirakan komposisi mahasiswa saat di akademi maritim saat itu, yakni sekitar 90 persen merupakan laki-laki dan 10 persennya perempuan. Hal serupa juga ia hadapi dalam kesehariannya saat bekerja.

Akibatnya, terdapat stigma bahwa pelaut wanita tidak bisa menjaga kehormatannya.

Ketakutan tersebut berhasil ia taklukkan dengan berpegang teguh pada nilai-nilai yang selama ini menjadi bekal tumbuh kembangnya. Ia telah membuktikan bahwa wanita yang berkarier di dunia pelayaran dapat menjaga kehormatannya dan menempati kursi pimpinan.

Karena itu, bagi Dessy, seorang wanita tidak perlu takut untuk menapaki dan berkarier di dunia yang didominasi oleh laki-laki. Bahkan, ketika terdapat kekhawatiran terkait pembagian waktu untuk menjadi seorang istri dan ibu.

Membagi waktu antara karier dan keluarga memang bukanlah hal yang mudah. Sesekali, terdapat keluhan yang datang dari bibir buah hatinya, kala Dessy sibuk dengan pekerjaannya.

Namun, keluhan-keluhan tersebut berhasil ia atasi dengan menghabiskan waktu libur akhir pekannya bersama keluarga. Terlebih, Dessy memiliki hobi memasak yang membuatnya menghabiskan waktu di rumah untuk menyajikan makanan terbaik kepada sang suami dan ketiga anaknya.

Hal terpenting terkait pembagian waktu ini, bagi Dessy, adalah komunikasi yang ia lakukan kepada keluarganya. Anak-anak harus mengerti tentang profesi yang diemban oleh Dessy, karenanya ia acapkali berkomunikasi dengan anak-anak untuk mengerti tentang pembagian waktunya.

Bagi Dessy, yang terpenting adalah restu dari orang tua, suami, dan anak-anaknya.


Kebijakan sebagai direktur

Sebagai seorang Direktur Usaha Angkutan Penumpang, Dessy bertekad untuk meningkatkan layanan dan kebersihan kapal Pelni. Kedua hal tersebut menjadi perhatian program Dessy selama tiga bulan awal masa jabatannya.

Dessy memandang bahwa saat ini Pelni sedang melakukan peningkatan kualitas makanan menggunakan "hazard analysis and critical control points" (HACCP). Peningkatan tersebut meliputi proses penyediaan alat-alat memasak, cara memasak, hingga cara pengemasan yang sudah bersertifikasi di atas kapal.

Dengan demikian, makanan yang disajikan kepada para penumpang kapal sudah memiliki sertifikasi.

Dessy juga akan melakukan diversifikasi usaha komersial di atas kapal, seperti kembali mengoperasikan bioskop, menghidupkan kembali restoran yang sudah lama tidak berfungsi, serta membangun kembali fasilitas-fasilitas di atas kapal.

Perbaikan fasilitas-fasilitas tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengalaman para penumpang, sehingga tidak merasa bosan dalam menempuh perjalanan yang jauh.

Terkait dengan sanitasi, Dessy fokus meningkatkan pembasmian hama, terutama membasmi kakerlak atau kecoa berukuran kecil di atas kapal, dengan menyediakan pembasmi hama yang ikut dalam pelayaran, hingga mengganti cairan kimia yang digunakan sebanyak tiga bulan sekali.

Penggantian cairan kimia tersebut didasari saran dari Sucofindo. Disebutkan bahwa tidak sebaiknya cairan kimia yang sama digunakan selama satu tahun. Hal tersebut dikarenakan dapat membentuk kekebalan pada hama yang dibasmi.

Hingga sejauh ini, penerapan langkah-langkah tersebut cukup efektif untuk meningkatkan kualitas sanitasi kapal selama pelayaran.

Sesuai rencana, PT Pelni ke depan akan menambah satu armada yang akan beroperasi secara komersial, paling cepat April 2024. Kapal tersebut berkapasitas sekitar 1.000 penumpang, dengan trayek masih dalam kajian.

Selain penambahan armada, juga direncanakan penggantian, setidaknya dua kapal, dari rencana ideal mengganti lima kapal. Penggantuan dua kapal itu karena sudah berusia 38 tahun.

Perairan antarpulau Indonesia bukanlah pemisah, melainkan penghubung antarpulau. Hamparan perairan tersebut bagaikan benang biru yang merajut pulau-pulau di Tanah Air.

Dengan demikian, armada laut yang berperan sebagai transportasi penghubung. Konektivitas ini yang akan memperkuat integrasi Indonesia, serta memberi akses kepada rakyat di tiap sudut Tanah Air.

Dalam tiap riaknya, perairan Indonesia memiliki kisah dan kekayaan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023