Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antar-bank Jakarta, Jumat, ditutup melemah 65 poin ke posisi 9.170/9.180 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya 9.105/9.9110. Analis valas Bank Panin Bank, Jasman Ginting, di Jakarta Jumat mengatakan, pelaku pasar sejak pagi gencar memburu dolar AS sehingga rupiah terus dalam tekanan. Dominasi beli atas dolar AS sedikit berkurang pada sore hari sehingga tekanan terhadap rupiah sedikit berkurang, katanya. Menurut dia, aksi beli dolar pada hari ini selain alasan kebutuhan membayar utang yang jatuh tempo juga terpicu oleh tingginya harga minyak dunia yang mencapai 78 dolar AS per barel. Kenaikan harga minyak dunia itu disebabkan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang merosot tajam, akibat berkurangnya impor dunia, katanya. Rupiah, menurut dia, juga tertekan oleh penurunan suku bunga LPS sebesar 50 basis poin yang membuat bunga deposito turun yang artinya pendapatan orang menyimpan rupiah semakin kecil. Meski perbedaan antara BI rate dan suku bunga bank sentral AS, The Fed, masih tinggi. Suku bunga The Fed adalah 5,25 persen dan BI Rate 12,25 persen selisih 7 persen, masih cukup menarik, katanya. Rupiah ketika pasar dibuka masih berada di level 9.200 per dolar AS, namun berkurangnya tekanan pasar menjelang penutupan, mendorong posisi rupiah membaik ke 9.170 per dolar AS sampai pasar itu ditutup. Bank Indonesia (BI) sebelumnya mengatakan kondisi pasar saat ini dianggap sangat kondusif untuk penguatan rupiah. Spekulasi hampir tidak ada. Para pedagang keluar masuk di pasar uang. Demikian pula di pasar saham juga normal-normal saja, kata Deputi Gubernur BI Hartadi Sarwono. "Untuk eksternal juga tidak ada yang terlalu istimewa, semua sudah dimasukan faktor (dalam perhitungan Bank Indonesia - Red)," ucapnya. Dia menjanjikan, BI akan tetap memonitor kondisi pasar uang bahkan sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi. (*)

Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2006