Ambon, (ANTARA News) - Deputi Tim Leader Konsultan Proyek marine And Coastal Resourcer Managemen Programme (MCRMP) Prof. DR. Ir. Hadi S. Alikodra, menegaskan, kondisi terumbu karang di provinsi Maluku dan Papua masih tergolong baik dan mudah dipulihkan. "Di Maluku dan Papua kondisi terumbu karangnya masih mudah untuk dipulihkan kembali dalam jangka waktu tidak terlalu lama," kata Alikodra menjawab pertanyaan ANTARA, di sela-sela Diklat TOT Pengelolaan SDA Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di lingkungan Pemprov Maluku, di Ambon, Jumat (14/7). Ia mengakui, luas terumbu karang di Indoensia yang mencapai 60.000-75.000 Km persegi, meskipun 90 persen diantaranya mengalami kerusakan paling parah, bahkan ada yang mengalami kepunahan, namun sisanya 10 persen masih dalam kondisi baik dan bagus. 10 persen terumbu karang yang masih bagus itu, oleh pemerintah melalui kebijakan Departemen Perikanan dan Kelautan (DKP) dijadikan sebagai taman nasional laut. Penyebab kerusakan terumbu karang sangat kopleks baik karena pencemaran perairan laut, pengeboman ikan, pengambilan karang, kegiatan pertambangan, kegiatan transportasi laut maupun kegiatan wisata. "Terumbu karang di Menado (Sulut), Sulses, NTT dan NTB misalnya lebih banyak rusak akibat aktivitas pengeboman ikan yang cukup tinggi dan sulit dikendalikan," ujar Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) itu. Alikodra yang berada di Ambon selama dua hari mengakui, terumbu karang yang merupakan center utama stok ikan komersial di seluruh dunia lebih banyak beraviliasi dengan padang lamun serta hutan mangrove yang berfungsi sebagai pelindung kelestariannya, sehingga keduanya juga patut dilindungi dan dipelihara. "Kalau terumbu karang tidak ada maka industri dan produksi di sektor perikanan dunia akan bangkrut sehingga perlu dipelihara dan dilestarikan, di samping perbaikan dan rehabilitasi terhadap terumbu karang yang telah rusak," katanya. Ditanya tentang upaya rehabilitasi terumbu karang di tanah air, Alikodra mengakui, Indoensia telah memiliki teknologinya yakni dengan memanfaatkan teknik transplantasi yang telah dilakukan disejumlah daerah terutama di Pulau Jawa dan Sumatera. "Kalau teknologi tidak ada masalah karena Indonesia telah memilikinya, sekarang tinggal niat baik dan kesungguhan hati semua pihak untuk melakukannya sehingga konsisi terumbu karangnya bisa dipulihkan sehingga menjamin ketersediaan dan kelangsungan SDA kelautan melimpah bagi generasi mendatang," ujarnya. Hal yang sama pun dilakukan untuk pelestarian hutan mangrove. "Hanya saja teknologi ini perlu disosialisasikan ke daerah-daerah dengan melibatkan berbagai pihak berkompeten termasuk sosialisasi pemanfaatan sumber daya kelautan yang ramah lingkungan dan tidak merusak alamnya," katanya. Guna mempercepat program rehabilitasi terumbu karang, ia pun menghimbau pemerintah Pusat terutama DKP menunjuk satu daerah di wilayah Indonesia Timur, Barat dan Tengah sebagai daerah percontohan rehabilitasi, di mana pembiayaannya dilakukan secara sharing antara APBN, APBD provinsi serta APBD Kabupaten/kota. "Jika masing-masing sumber dana Rp1 milyar setiap tahun anggaran saja, maka bisa dibayangkan berapa besar luas terumbu karang yang bisa direhabilitasi," ujarnya seraya menambahkan, kekuatan dan kepedulian lokal perlu dibangun termasuk SDM handal serta institusi berbasis kelautan diperkuat kapabilitasnya untuk mendukung program tersebut.(*)

Copyright © ANTARA 2006