Jakarta (ANTARA) - Dokter RSCM Jakarta mengatakan bahwa orang tua perlu disiplin menerapkan pola delapan kali makan pada balita sejak diberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) atau usia enam bulan sampai dengan usia di bawah lima tahun.

“Makan pada balita itu delapan kali, ya. Jadi tiga kali ASI untuk yang masih menyusui, tiga kali makan utama, terus dua kali snack makanan ringan atau cemilan,” kata Dokter Subspesialis Anak Bidang Nutrisi dan Metabolisme RSCM Jakarta, Damayanti Rusli Sjarif.

Ia mengatakan pemberian makanan tersebut perlu memperhatikan waktu yang tepat, agar anak terbiasa, sehingga bisa disiplin dan tidak menolak untuk makan.

Menurutnya, bagi orang tua yang masih menyusui, pemberian ASI pada balita dilakukan selama tiga kali dalam sehari yakni pukul 06.00 saat bangun tidur, dilanjutkan pada pukul 14.00, dan terakhir diberikan pukul 20.00.

Baca juga: Orang tua perlu perhatikan asupan protein hewani untuk cegah stunting

Baca juga: BKKBN ajak masyarakat kolaborasi turunkan stunting 5,6 persen/tahun


Sementara makanan utama diberikan pada saat sarapan pukul 08.00, makan siang di pukul 12.00, dan makan malam di pukul 18.00. Selain itu makanan selingan bisa diberikan setiap pukul 10.00 dan 16.00.

“Jadi tidak usah pakai macam-macam, dengan mengatur pola makan saja, bisa menurunkan masalah makan pada anak,” kata dia.

Ia mengatakan bahwa waktu makan malam yang baik adalah tidak terlalu dekat dengan jam tidur. Sisakan kurang lebih dua sampai dengan tiga jam sebelum jam tidur anak.

“Ini penting karena tubuh memerlukan waktu untuk mencerna makanan yang masuk ke tubuh, sehingga tidak mengganggu tidur anak,” ujarnya.

Bila waktu tidur anak pukul 19.00, kata dia, maka sebaiknya makan malam pukul 17.00 , begitu pun seterusnya. Menurutnya jangka waktu yang baik untuk balita makan malam sekitar pukul 17.00 sampai dengan 19.00.

“Jika balita diberi makan malam terlambat, ia bisa kelaparan. Selain itu, terlambat makan malam balita juga bisa membuat jeda waktu antara makan malam dengan jam tidur terlalu dekat, sehingga membuat sistem pencernaan anak bekerja lebih berat saat tidur,” ucapnya.

Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan stunting di angka 14 persen pada 2024. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting nasional pada tahun 2022 sebesar 21,6 persen, atau menurun dibanding 2021 yang berada di angka 24,4 persen.

Untuk mencapai target 14 persen, maka pemerintah menargetkan untuk dapat menurunkan prevalensi stunting 3,8 persen per tahunnya sampai tahun 2024.*

Baca juga: Dokter gizi ingatkan pentingnya asupan nutrisi pada 1000 HPK anak

Baca juga: Ahli: Riwayat gizi buruk orang tua belum tentu picu anak stunting

Pewarta: Cahya Sari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023