Jakarta (ANTARA) - Konsultan Nutrisi Anak dan Penyakit Metabolik Departemen ilmu Kesehatan Anak RS Dr Soetomo Dr Nur Aisiyah Widjaja SpA (K) mengingatkan pentingnya asupan protein hewani untuk cegah stunting.
 
"Terutama anak memasuki masa Makanan Pendamping ASI (MPASI), yang mana orang tua perlu memperhatikan asupan protein hewani pada anak," ujar Nur dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.
 
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Indonesia berada pada angka 21,6 persen.
 
Meski telah mengalami penurunan dari 24,4 persen pada 2021, namun angka prevalensi stunting ini masih belum memenuhi standar WHO yang semestinya tidak lebih dari 20 persen.

Baca juga: BKKBN ajak masyarakat kolaborasi turunkan stunting 5,6 persen/tahun

Baca juga: Dokter gizi ingatkan pentingnya asupan nutrisi pada 1000 HPK anak
 
Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan stunting hingga ke angka 14 persen pada 2024.
 
Dia menjelaskan bahwa 60,6 persen stunting terjadi antara lahir sampai usia dua tahun, dan 28 persen terjadi antara usia dua hingga lima tahun.
 
“Setelah anak berusia enam bulan, konsumsi ASI saja (eksklusif) tak lagi mampu mencukupi kebutuhan gizinya. Ketika anak menginjak usia enam bulan, kandungan zat gizi makro terutama protein, lemak, dan karbohidrat pada ASI akan mengalami penurunan," ujarnya.
 
Dia menjelaskan saat anak berusia 6 hingga 8 bulan, kandungan gizi ASI berkurang 30 persen, lalu pada usia 9-11 bulan berkurang lagi hingga 50 persen, dan selanjutnya terus berkurang hingga 70 persen. Kandungan zat gizi mikro seperti zat besi dan zink di dalam ASI juga mengalami penurunan hingga 95 persen – 97 persen setelah anak berusia 6 bulan.
 
Stunting banyak dimulai saat anak mengalami penurunan berat badan pada usia kurang dari satu tahun dan kekurangan gizi kronis.
 
Untuk meningkatkan kualitas MPASI, langkah penting yang dapat dilakukan adalah meningkatkan konsumsi protein hewani. Mencukupi asupan protein hewani dipercaya efektif untuk mencegah kondisi stunting pada anak. Kosumsi protein hewani seperti telur, daging sapi, daging ayam, ikan, susu, dan sebagainya, mengandung lebih banyak lemak, vitamin B12, vitamin D, DHA, zat besi, dan zinc yang diperlukan anak untuk mendukung pertumbuhan anak.
 
“Konsumsi protein hewani penting untuk pertumbuhan anak. Sebab, di dalam tubuh kita ada sensor pertumbuhan yang bernama mTOR (mammalian target of rapamycin)," ucapnya.

Sensor itu akan menyala apabila kadar asam amino esensial di dalam darah cukup tinggi. Ketika sensornya sudah menyala, tubuh akan mampu melakukan proses sintesa protein dan sintesa lemak secara baik sehingga pertumbuhan anak berlangsung normal.

"Jenis asam amino esensial yang diperlukan untuk menyalakan sensor ini hanya bisa diperoleh dari konsumsi protein hewani,” kata dia lagi.*
   

Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023