Abu Dhabi (ANTARA) - Uni Emirat Arab (UAE) pada Jumat memperingatkan bahwa perang Israel-Hamas di Gaza berpotensi meluas ke negara-negara lain di kawasan itu.

Menteri Negara Urusan Luar Negeri UAE Noura al-Kaabi menekankan pentingnya upaya untuk meredakan ketegangan di kawasan yang "mendekati titik didih".

"Risiko (konflik ini) meluas di kawasan dan kian meningkatnya eskalasi adalah hal yang nyata," kata al-Kaabi dalam konferensi kebijakan di Abu Dhabi.

Dia menambahkan bahwa kelompok-kelompok ekstremis akan memanfaatkan situasi ini untuk menanamkan ideologi mereka sehingga kawasan itu terjebak dalam lingkaran kekerasan.

"Setiap upaya harus dilakukan untuk melindungi warga sipil dan mengakhiri konflik ini segera," kata Kaabi.

UAE dan Bahrain meneken perjanjian Abraham Accords pada 2020 dengan Israel, yang diharapkan oleh negara Yahudi itu sebagai pintu masuk untuk menormalisasi hubungannya dengan Arab Saudi. Namun, perang telah membuat rencana itu mengalami kemunduran.

Sebagai produsen minyak terkemuka, UAE memandang kelompok-kelompok militan seperti Hamas, yang dikaitkan dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir, sebagai ancaman bagi Timur Tengah.

UAE mendukung pemimpin Mesir saat ini, Abdel Fattah al-Sisi, yang menggulingkan presiden sebelumnya, Mohamed Mursi dari Ikhwanul Muslimin, pada 2013.

Pengeboman Israel ke Jalur Gaza telah membangkitkan kemarahan negara-negara Arab yang khawatir dengan meningkatnya jumlah korban dari kalangan sipil dan blokade Israel terhadap wilayah kantung (enklave) di pesisir yang padat penduduk itu.

UAE mengatakan mereka berencana merawat 1.000 anak Palestina dari Gaza, tetapi tidak menjelaskan bagaimana anak-anak itu akan meninggalkan wilayah yang dikepung oleh Israel tersebut.

Perang terbaru dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun itu dimulai ketika Hamas menyusup ke Israel pada 7 Oktober dan melancarkan serangan.

Israel mengatakan Hamas membunuh 1.400 orang, kebanyakan warga sipil, dan menyandera lebih dari 200 orang. Menurut otoritas kesehatan Gaza, pengeboman Israel ke wilayah dengan 2,3 juta penduduk itu telah menewaskan setidaknya 9.601 orang, termasuk 3.760 anak.

"Kami bekerja tanpa henti untuk mengusahakan gencatan senjata kemanusiaan secara penuh dan segera sehingga bantuan yang menyelamatkan jiwa dapat disalurkan ke Jalur Gaza," kata Kaabi.

Bahrain mengatakan pada Kamis bahwa duta besarnya di Israel telah pulang dan Dubes Israel di Manama telah meninggalkan negara itu "beberapa waktu yang lalu".

Tidak dijelaskan apakah Dubes Israel telah diusir dari Bahrain, tetapi Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan hubungan dengan negara Teluk itu, yang menampung pangkalan militer Armada Kelima AS, tetap terjaga.

Sumber: Reuters
Baca juga: 1.000 anak Palestina dari Gaza akan dirawat Uni Emirat Arab
Baca juga: Konflik terancam meluas di Timteng, Pemimpin Saudi-UAE gelar pertemuan
Baca juga: UEA tegaskan keanggotan BRICS tidak akan rusak hubungan dengan Barat

 

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023