“Ini usahanya bukan hanya dari perusahaan, melainkan dari konsumen Body Shop, dan untuk itu saya sebetulnya sangat terharu,” ujar CEO The Body Shop Indonesia Suzy Hutomo dalam diskusi “Menjaga Orangutan, Menghidupkan Masa Depan” di Jakarta, Jumat.
Donasi tersebut diserahkan oleh Suzy kepada Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI Riki Frindos. Menurut Suzy, peran masyarakat umum dan konsumen The Body Shop Indonesia dalam berpartisipasi aktif melakukan donasi untuk upaya konservasi orang utan Tapanuli merupakan kontribusi yang signifikan dalam hal pembiayaan yang berkelanjutan.
Baca juga: The Body Shop Indonesia serahkan donasi untuk teman disabilitas
Isu tentang orang utan, kata Suzy, menjadi salah satu isu terpanjang yang diangkat oleh The Body Shop.
“Kami angkat isu ini dari 2016 sampai tahun lalu. Hampir enam tahun,” ucap Suzy.
Selain berdonasi untuk konservasi orang utan Tapanuli, selama enam tahun The Body Shop juga telah mengucurkan dana untuk riset mengenai orang utan.
Suzy menjelaskan bahwa Body Shop berambisi untuk membangun koridor antara bagian hutan yang terpecah akibat eksploitasi, seperti perburuan ilegal dan penebangan kayu yang tidak berlandaskan asas berkelanjutan. Ambisi tersebut tercermin dari program Bio-Bridge yang merupakan program konservasi hutan.
“Tapi, seiring berjalannya waktu, ternyata it’s not that simple (tidak semudah itu),” kata Suzy.
Baca juga: The Body Shop Indonesia gelar "Fragrance Festival" mulai hari ini
Tanpa riset yang memadai, The Body Shop Indonesia tidak dapat mengambil langkah yang tepat. Oleh karena itu, Suzy mengatakan sebagian besar dana mengalir untuk kepentingan riset.
“Totalnya, secara keseluruhan, sampai Rp4 miliar selama enam tahun. Dananya dari Body Shop Indonesia, dari konsumen Body Shop, pusat Body Shop yang di Inggris juga memberikan dana,” kata Suzy.
Riset tersebut bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai upaya mitigasi konflik manusia dengan orang utan, mengembangkan program penyadartahuan atau edukasi untuk pelajar dan warga tentang orang utan Tapanuli dan habitatnya, hingga menginisiasi solusi berbasis desa untuk mengatasi konflik satwa liar-manusia.
“Supaya masyarakat di sana mengerti bahwa harus hidup berdampingan dengan orang utan, tetapi, tidak memanusiakan orang utan,” kata Suzy.
Baca juga: BKSDA Kalbar sudah lepasliarkan 12 orang utan ke alam
Baca juga: Populasi orang utan tumbuh 17 persen berkat hutan lestari Kalimantan
Baca juga: Bali Zoo kumpulkan donasi Rp100 juta konservasi orangutan
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023