Jakarta (ANTARA News) - Bantuan akibat imbas kenaikan harga BBM bersubsidi, terutama untuk pengusaha kecil dan menengah, tidak harus dengan membagi-bagikan uang, kata pengusaha Fahmi Idris.

"Bukan berarti membagi-bagikan uang, tetapi bisa fasilitas, dorongan. Itu patut dilakukan oleh pemerintah," kata mantan menteri perindustrian ini usai membuka "Sumatra Barat Food & Craft IV" di Plasa Kemenperin, Jakarta, Selasa.

Fahmi menilai kenaikan harga BBM bersubsidi akan otomatis mempengaruhi harga bahan baku dan biaya produksi.

"Tetapi pengaruhnya tidak signifikan," katanya.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Ansari Bukhori yang hadir pada acara itu juga mengakui bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi akan menaikkan biaya produksi sebesar 1,2 persen untuk kenaikan BBM premium 44 persen dan 0,63 persen.

"Meski begitu, pada dasarnya tidak akan berdampak signifikan terhadap struktur biaya produksi karena dimungkinkan sektor industri telah menggunakan BBM dengan harga pasar (nonsubsidi)," katanya.

Ansari menyebutkan biaya produksi untuk beberapa komoditas strategis seperti makanan dan minuman naik 0,63 persen, semen 0,66 persen, tekstil dan alas kaki 1,54 persen.

Dia juga menjelaskan, tiap kenaikan BBM solar 22 persen akan menaikkan biaya produksi rata-rata 0,6 persen, diantaranya makanan dan minuman aik 0,31 persen, semen 0,33 persen, tekstil dan alas kaki 0,77 persen.

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013