Nusa Dua (ANTARA News) - Penghargaan yang diberikan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) kepada pemerintah Indonesia seharusnya dijadikan sebagai momentum meningkatkan pertanian nasional.

"Ke depan, kita optimistis rakyat akan semakin sejahtera," kata Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Nasional, Cuk Eko Hari Basuki dalam keterangan tertulis yang diterima di Nusa Dua, Selasa.

Cuk mengatakan penguatan sektor pertanian akan berdampak terhadap upaya penanggulangan kemiskinan masyarakat di Indonesia.

Penghargaan FAO yang diberikan pada Juni 2013 di Roma, Italia, sebagai bentuk pengakuan dunia terhadap Indonesia bersama beberapa negara lainnya yang dianggap mencapai target "Milenium Development`s Goals" (MDGs) yang dicanangkan lembaga PBB itu.

Selain itu, FAO mencatat Indonesia dapat mengurangi tingkat kemiskinan melebihi target MDGs dan mencapai target seperti yang ditentukan World Food Summit (WFS).

Cuk menyebutkan keberhasilan tersebut, merupakan kerja sama dan koordinasi yang baik antarlembaga pada bidang pertanian dan perekonomian.

Berkaitan dengan potensi Indonesia kembali menjadi negara swasembada beras, Cuk menyatakan rasa optimistisnya dengan catatan pemerintah dapat secara maksimal menggenjot produktivitas benih dan mengoptimalkan lahan pertanian.

Sementara itu, pengamat pertanian, Khudori menganggap penurunan jumlah tingkat masyarakat miskin dari 37 juta orang menjadi 21 juta orang pada 2012, merupakan angka kemiskinan secara kasat mata (absolut).

"Namun, kelaparan yang tak kasat mata dalam arti kekurangan zat energi dan protein masih terbilang besar. Itulah pekerjaan rumah bangsa ini ke depan," kata Khudori.

Berdasarkan data BPS, Khudori mengungkapkan Indonesia berpeluang menjadi negara swasembada beras dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 113 kilogram/orang setiap tahun, maka berpotensi terjadi surplus hingga 10 juta ton/tahun.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013